Bhataramedia.com – Bagi yang masih awam dengan dunia medis mungkin masih asing dengan Leptospirosis. Leptospirosis merupakan penyakit berbahaya yang disebabkan bakteri Leptospira. Penyebaran bakteri ini biasanya melalui urine ataupun darah hewan yang telah terinfeksi sebelumnya. Jenis-jenis hewan yang umumnya menjadi media penyebaran bakteri Leptoperosis diantaranya babi, sapi, anjing, tikus dan hewan pengerat lainnya.
Bakteri Leptospirosis mampu menyerang manusia via kontak langsung dengan air dan tanah yang terkontaminasi darah atau urine hewan yang sudah terinfeksi Leptospira. Dengan sendirinya Bakteri ini kebanyakan menyerang manusia pecinta hewan atau mereka yang terbiasa berurusan dengan binatang.
Bagaimana Bakteri Leptospira Menyerang Manusia?
Sebelum membahas pencegahan bakteri Leptospira, kita pelajari terlebih dulu penyebaran bakteri berbahaya ini. Leptospira termasuk organisme yang bertahan hidup di air tawar, tumbuh-tumbuhan, tanah basah dan lumpur. Hewan yang terinfeksi bakteri ini umumnya tidak memiliki tanda-tanda tertentu sebab bakteri ini dalam tubuhnya mampu keluar bersama urine secara terus-menerus. Bakteri yang kemudian masuk ke air, tanah, lumpur atau media lain sanggup bertahan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Kasus Leptospirosis umumnya banyak terdapat di daerah tropis maupun subtropis yang mempunyai tekanan udarar sangat panas dan lembab seperti China,Indonesia, India dan beberapa negara Asia Tenggara. Area dengan kelembaban tinggi membuat bakteri Leptopirosis mampu bertahan hidup lebih lama. Kasus Leptopirosis ini kebanyakan menyerang mereka yang melakukan kontak langsung dengan hewan seperti dokter hewan, nelayan, pekerja pembuangan limbah, dan peternak. Bakteri menyerang menyerang melalui mata, mulut, hidung dan luka terbuka pada kulit.
Gejala Awal Leptopirosis
Gejala umum Leptospirosis biasanya demam, pusing, nyeri otot, atau gejala lain yang menyerupai flu. Gejalanya yang tidak terlalu signifikan membuat bakteri ini sulit didiagnosis. Meski begitu gejala Leptospirosis biasanya berkembang 1-2 minggu atau mungkin 1 bulan pasca penderita terpapar bakteri. Gejala lain yang kerap muncul yaitu sakit perut, diare, ruam, bagian putih mata menguning, iritasi mata, batuk, tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Kasus Leptospirosis yang berat dapat menimbulkan komplikasi serius seperti pendarahan dan gagal fungsi pada organ tubuh tertentu. Secara umum pasien akan membaik pada gejala awal, namun berikutnya pasien akan kembali sakit karena bakteri telah berkembang biak. Jika dibiarkan tanpa penanganan serangan bakteri ini dapat menyebabkan gagal ginjal, peradangan otak, hingga gagal fungsi paru-paru.
Pencegahan Leptospirosis
Pencegahan Leptospirosis dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:
- Gunakan pakaian yang tepat saat beraktivitas di luar rumah atau kegiatan yang berisiko menyebabkan cidera atau luka, terutama di area dengan angka kasus bakteri Leptospira yang tinggi.
- Bersihkan dan tutup luka supaya terlindungi dari kontak langsung dengan hewan pembawa bakteri Leptospirosis.
- Baisakan mandi setelah beraktvitas di air khususnya di area yang berisiko.
- Hindari menyentuh bangkai hewan apapun secara langsung.
- Selalu gunakan sarung tangan sewaktu akan membersihkan kotoran hewan / urine yang kemungkinan sudah terkontaminasi bakteri leptospira.
- Cuci tangan hingga bersih setelah melakukan kontak langsung dengan hewan yang kemungkinan terinfeksi.
- Gunakan larutan pembersih anti-bakteri untuk membersihkan permukaan yang terkontaminasi urine atau kotoran hewan. Bisa juga menggunakan anti-bakteri yang terbuat dari air dan cairan pemutih dengan perbandingan 10:1.
- Pastikan air yang akan diminum steril, tertutup, tersegel, atau hanya air yang sebelumnya sudah direbus.
- Pencegahan bakteri Leptospira yang terakhir yaitu melakukan vaksinasi semua hewan peliharaan untuk meminimalisir penyebaran dan penularan.