Menyusui Dapat Lindungi Wanita dari Kanker Payudara Agresif

ibu menyusui
ibu menyusui
Ilustrasi, ibu menyusui.

Bhataramedia.com – Studi internasional skala besar menunjukkan bahwa menyusui dikaitkan dengan penurunan risiko menderita bentuk agresif dari kanker payudara yang disebut hormon-reseptor negatif. Bukti gabungan baru ini menunjukkan pengurangan risiko hingga 20% pada wanita yang menyusui. Diterbitkan di Annals of Oncology, studi mengenai menyusui ini merupakan kolaborasi antara Breastcancer.org; Mount Sinai School of Medicine; Washington University, St. Louis; dan American Cancer Society.

Kanker payudara hormon reseptor negatif (HRN) lebih mungkin untuk menjadi agresif dan mengancam jiwa. Kanker subtipe ini lebih sering didiagnosis pada wanita di bawah usia 50 tahun. Wanita Afrika Amerika atau keturunan Afrika Sub-Sahara lebih mungkin didiagnosis dengan kanker payudara HRN, seperti wanita dengan mutasi gen BRCA1. Faktor-faktor lain dapat menempatkan wanita-wanita berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker payudara HRN, termasuk obesitas dan beberpa kehamilan lebih awal. Selanjutnya, wanita dengan faktor-faktor risiko tersebut paling tidak mungkin untuk menyusui.

Di Amerika Serikat, kanker payudara HRN mewakili sekitar 20% dari semua kanker payudara. Kanker payudara subtipe ini tidak memiliki reseptor untuk hormon estrogen atau progesteron. Sekitar dua pertiga dari kanker payudara HRN juga tidak memiliki reseptor untuk HER2 (faktor pertumbuhan epidermal manusia reseptor 2). Kanker payudara tanpa reseptor untuk estrogen, progesteron, atau HER2 disebut triple negatif (TN).

Kanker payudara HRN dan TN lebih sering mematikan karena cenderung didiagnosis pada stadium akhir, menanggapi pilihan pengobatan yang lebih sedikit dan cenderung tidak dapat disembuhkan dengan terapi saat ini. Dengan tidak adanya reseptor untuk estrogen, progesteron, dan HER2, obat-obatan yang menargetkan reseptor ini, seperti tamoxifen, inhibitor aromatase, Herceptin, dan Perjeta, tidak efektif dan dengan demikian tidak memiliki peran dalam mengobati pasien ini.

“Further evidence to support the long-term protection of breastfeeding against the most aggressive subtypes of breast cancer is very encouraging and actionable,” says Marisa Weiss, M.D., president and founder, Breastcancer.org, and director of breast health outreach, Lankenau Medical Center. “Breastfeeding is a relatively accessible, low-cost, short-term strategy that yields long-lasting natural protection.”

“Menyusui adalah cara yang murah, serta strategi jangka pendek yang relatif dapat diakses untuk menghasilkan perlindungan alami yang tahan lama,” jelas Marisa Weiss, seperti dilansir American Cancer Society (28/20/2015).

Penelitian ini menyoroti kebutuhan strategi kesehatan masyarakat untuk lebih secara langsung menginformasikan wanita dan anak wanita mengenai manfaat menyusui sebelum dan selama tahun-tahun wanita melahirkan anak. Selain itu, penting bagi para wanita untuk memiliki pesan yang diperkuat oleh profesional kesehatan mereka.

Penting untuk menghilangkan hambatan menyusui di rumah, di masyarakat dan di tempat kerja. “Semua pendekatan akan diperlukan untuk melindungi sebagian besar wanita terhadap kanker payudara selama masa hidup mereka,” kata Farhad Islami, M.D., Ph.D., direktur of interventions, Surveillance and Health Services Research, American Cancer Society.

“Wanita hamil dan ibu-ibu muda sangat reseptif dan termotivasi untuk membuat pilihan yang sehat. Kita perlu mendorong wanita yang mampu menyusui untuk melakukannya demi kesehatan payudara mereka, di samping kesehatan anak-anak mereka,” kata Paolo Boffetta, M..D, associate director untuk ilmu populasi di Tisch Cancer Institute, Mount Sinai School of Medicine. “Penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk lebih memahami dampak penuh durasi menyusui dan efeknya pada kanker subtipe lainnya.”

Referensi Jurnal :

F. Islami, Y. Liu, A. Jemal, J. Zhou, E. Weiderpass, G. Colditz, P. Boffetta, M. Weiss. Breastfeeding and breast cancer risk by receptor status—a systematic review and meta-analysis. Annals of Oncology, 2015; mdv379 DOI: 10.1093/annonc/mdv379.

You May Also Like