Studi : Tingginya Hormon Kortisol Pada Anak Penderita Autisme

autisme
autisme
Ilustrasi, autisme.

Bhataramedia.com – Penelitian baru menunjukkan bahwa tingkat fungsional tampaknya memainkan peran penting di dalam tingkat stres anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (GSA). Secara khusus, tingkat fungsional yang lebih rendah pada anak dengan autisme, menunjukkan tingkat kortisol (hormon stres utama pada manusia) yang secara signifikan lebih tinggi, dibandingkan pada anak-anak autisme dengan tingkat fungsional yang lebih tinggi dan anak-anak yang normal.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa individu dengan autisme mengalami peningkatan stres dan masalah terkait, seperti kecemasan. Namun, banyak studi mengandalkan skala penilaian individu dan pengamatan perilaku yang memiliki keterbatasan yang signifikan untuk anak-anak dengan autisme. Upaya langsung untuk mengukur stres pada populasi ini menggunakan langkah-langkah fisiologis seperti kortisol, telah menghasilkan hasil yang beragam. Menurut Susan K. Putnam Ph.D., profesor psikologi dan penulis utama studi tersebut, beberapa hasil yang tidak konsisten dari penelitian sebelumnya kemungkinan karena tidak memperhitungkan perbedaan yang signifikan di dalam tingkat fungsional individu dengan autisme.

“Dimasukkannya perbedaan tingkat fungsional individu dengan autisme di dalam studi telah mengarah pada kebutuhan untuk dilakukannya penelitian yang lebh akurat mengenai subkelompok dengan gangguan autisme, termasuk subkelompok berdasarkan tingkat fungsional,” kata Putnam. Ini adalah studi pertama yang menilai tingkat kortisol (hormon stres) di dalam kelompok-kelompok yang secara jelas dibedakan berdasarkan tingkat fungsional, khususnya pada tingkat kognitif.

Mengingat keterbatasan di dalam studi yang sudah ada, tim peneliti mencoba untuk meneliti tingkat stres anak autisme dengan memeriksa pola kortisol melalui saliva (air liur) di sepanjang hari (pagi, siang, dan sore) dan perbedaan potensial di antara anak-anak autisme yang memiliki tingkat fungsional lebih rendah (IQ di bawah 70 ), anak-anak autisme dengan tingkat fungsional lebih tinggi (IQ 85 atau lebih tinggi) dan anak-anak normal. “Penting untuk menentukan tingkat fluktuasi kortisol di sepanjang hari pada anak-anak dengan autisme, agar kami dapat menentukan apakah ada pola tertentu dan kemudian memeriksa pengaruh tingkat fungsional terhadap tingkat stres,” kata wakil direktur IAR, Marcus Thomeer Ph.D., salah satu penulis studi.

Sampel air liur dikumpulkan tiga kali per hari selama empat hari pada akhir pekan, dari 13 anak-anak autisme dengan tingkat fungsional rendah, 16 anak-anak autisme dengan tingkat fungsional tinggi dan 14 anak-anak normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga kelompok menunjukkan pola yang khas, dimana kadar kortisol tertinggi terjadi pada saat bangun, diikuti pada waktu tengah hari dan terendah pada waktu tidur. Temuan ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya pada individu dengan gangguan autisme.

Bagaimanapun, temuan yang paling signifikan adalah terjadi perbedaan tingkat kortisol di antara kelompok di sepanjang hari. “Anak-anak autisme dengan tingkat fungsional rendah memiliki tingkat kortisol yang secara signifikan lebih tinggi, dibandingkan kedua kelompok lainnya. Menariknya, tingkat kortisol pada anak-anak autisme dengan tingkat fungsional lebih tinggi, tidak berbeda secara signifikan dari anak-anak-anak normal,” kata Putnam, seperti dilansir Canisius College (02/06/2015).

Temuan ini memiliki implikasi yang signifikan karena menunjukkan bahwa perbedaan di dalam tingkat kortisol dan stres, kemungkinan terkait dengan tingkat fungsional, khususnya IQ, pada anak-anak dengan autisme. Menurut Putnam, ini adalah area yang membutuhkan penelitian lebih lanjut, karena tidak diketahui apakah peningkatan kortisol pada anak-anak autisme dengan tingkat fungsional lebih rendah merupakan indikasi penurunan neurologis yang lebih signifikan atau sensitivitas yang lebih besar untuk stres lingkungan (terkait dengan gejala autisme), atau apakah ada hubungan “bidirectional” (dua arah).

Christopher Lopata PsyD, salah satu penulis studi, mencatat : “mengidentifikasi tingkat perbedaan stres dia antara kelompok autisme dengan tingkat perbedaan fungsional, memiliki implikasi penting untuk bagaimana kita menilai dan mengobati stres, serta reaksi dan kondisi yang berhubungan dengan stres pada anak-anak dengan gangguan autisme.”

Temuan dari penelitian ini diterbitkan secara online di Journal of Developmental and Physical Disabilities.

Referensi :

Susan K. Putnam, Christopher Lopata, Marcus L. Thomeer, Martin A. Volker, Jonathan D. Rodgers. Salivary Cortisol Levels and Diurnal Patterns in Children with Autism Spectrum Disorder. Journal of Developmental and Physical Disabilities, 2015; DOI: 10.1007/s10882-015-9428-2.

You May Also Like