Bhataramedia.com – Studi terbaru dari para peneliti di Kansas State University telah mengembangkan mengembangkan vaksin untuk dua strain baru flu burung yang dapat ditularkan dari unggas ke manusia. Kedua strain telah menyebabkan pemusnahan jutaan ayam dan kalkun komersial, serta kematian ratusan orang.
Metode pengembangan vaksin baru ini diharapkan dapat membantu para peneliti membuat vaksin untuk strain flu burung yang muncul dengan lebih cepat. Hal ini dapat mengurangi jumlah dan intensitas wabah skala besar di peternakan unggas serta mengekang penularan pada manusia.
“Temuan ini juga dapat mengarah pada vaksin influenza baru untuk babi, serta vaksin baru untuk domba dan ternak lainnya,” kata Jürgen Richt, profesor kedokteran hewan dan direktur US Department of Homeland Security Center of Excellence for Emerging and Zoonotic Animal Diseases.
Richt dan rekan-rekannya memfokuskan pada virus flu burung subtipe H5N1, strain baru yang paling aktif di Indonesia, Mesir, negara-negara Asia Tenggara dan Afrika Utara lainnya. H5N1 juga telah ditemukan pada burung liar di AS, meskipun di dalam jumlah yang lebih sedikit.
“H5N1 adalah patogen zoonotik, yang berarti bahwa patogen ini ditularkan dari ayam ke manusia. Sejauh ini H5N1 telah menginfeksi lebih dari 700 orang di seluruh dunia dan telah menewaskan sekitar 60 persen dari mereka. Sayangnya, kasus yang terjadi memiliki tingkat kematian cukup tinggi,” kata Richt.
Para peneliti mengembangkan vaksin untuk H5N1 dengan menggabungkan dua virus. Strain vaksin dari virus penyakit Newcastle (virus yang secara alami mempengaruhi unggas), dikloning dan bagian kecil dari virus H5N1 ditransplantasikan ke dalam vaksin virus penyakit Newcastle, sehingga menciptakan virus rekombinan.
Pengujian menunjukkan bahwa ayam yang divaksinasi dengan virus rekombinan baru tersebut dapat melawan virus penyakit Newcastle dan H5N1.
Para peneliti juga mengamati virus flu burung subtipe H7N9, strain zoonotik baru yang telah beredar di Cina sejak tahun 2013. Cina telah melaporkan sekitar 650 kasus pada manusia dan Kanada telah melaporkan dua kasus pada orang yang kembali dari Cina. Sekitar 230 orang telah meninggal karena H7N9.
“Di Asia Tenggara, ada banyak pasar yang menjual unggas hidup yang dapat dengan mudah dibeli dan dikonsumsi di rumah,” kata Richt.
“Berbeda dengan virus H5N1 yang membunuh sebagian besar ayam di dalam tiga sampai lima hari, ayam yang terinfeksi virus H7N9 tidak menunjukkan tanda-tanda klinis dari penyakit. Hal ini berarti Anda dapat membeli burung yang terlihat sangat sehat, tetapi bisa saja telah terinfeksi. Jika burung yang terinfeksi dipersiapkan untuk konsumsi, ada kemungkinan tinggi, Anda dapat sakit,dan sekitar 1 dari 3 orang yang terinfeksi meninggal,” ungkap Richt, seperti dilansir Kansas State University (22/05/2015).
Menggunakan metode yang sama untuk mengembangkan vaksin H5N1, para peneliti memasukkan bagian kecil dari virus H7N9 ke dalam vaksin virus penyakit Newcastle. Ayam yang diberi vaksin rekombinan ini terlindungi terhadap virus penyakit Newcastle dan H7N9.
“Kami percaya konsep vaksin rekombinan ini bekerja sangat baik untuk unggas, karena Anda dapat membunuh dua burung dengan satu batu,” kata Richt. “Anda hanya menggunakan satu vektor untuk vaksinasi dan terlindung terhadap strain virus flu burung tertentu.”
“Penggunaan virus penyakit Newcastle untuk pengembangan vaksin dapat dikembangkan dari unggas hingga ke babi, sapi dan domba,” lanjut Richt.
Para peneliti menemukan bahwa mereka mampu melindungi babi terhadap strain influenza H3 dengan menggunakan virus penyakit Newcastle untuk mengembangkan vaksin virus rekombinan. Wenjun Ma, asisten profesor kedokteran diagnostik dan patobiologi dari Kansas State University, tengah mengembangkan temuan ini dan menggunakan virus penyakit Newcastle untuk membuat vaksin untuk epidemi virus diare babi, penyakit yang telah menewaskan sekitar 6 juta babi.
Richt melakukan penelitian flu burung dengan Ma, Adolfo Garcia-Sastre dari Mount Sinai School of Medicine di New York, dan beberapa rekan lainnya. Mereka menerbitkan temuan mereka di Journal of Virology , dengan judul “”Newcastle disease virus-vectored H7 and H5 live vaccines protect chickens from challenge with H7N9 or H5N1 avian influenza viruses.” Ini adalah studi pertama yang meneliti vaksin H7N9 pada ayam, hewan tempat penyakit ini berasal.
Referensi :
Qinfang Liu, Ignacio Mena, Jingjiao Ma, Bhupinder Bawa, Florian Krammer, Young S Lyoo, Yuekun Lang, Igor Morozov, Gusti Ngurah Mahardika, Wenjun Ma, Adolfo García-Sastre, Juergen A. Richt. Newcastle disease virus-vectored H7 and H5 live vaccines protect chickens from challenge with H7N9 or H5N1 avian influenza viruses. Journal of Virology, 2015; JVI.00031-15 DOI: 10.1128/JVI.00031-15.