Pernikahan Turunkan Risiko Penyakit Kardiovaskular

GKR Hayu dengan KPH Notonegoro. Pernikahan ini merupakan pernikahan terakhir dari lima putri Sri Sultan Hamengkubuwono X. Credit: Ikhsan Prabowo Hadi, Flickr)

Bhataramedia.com – Penelitian dari NYU Langone Medical Center di New York yang dipimpin oleh Dr. Carlos L. Alviar menemukan bahwa orang-orang yang menikah cenderung lebih rendah memiliki jenis apa pun dari penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan orang yang single, janda/duda atau bercerai.

Seperti dilansir dari laman Medical News Today (31/3/2014), penelitian yang telah dipublikasikan pada sesi sains tahunan di American College of Cardiology menyebutkan bahwa pernikahan memiliki hubungan yang erat dengan penurunan resiko masalah kardiovaskular. Di dalam penelitian juga ditemukan bahwa wanita yang tidak menikah memiliki resiko yang lebih besar untuk meninggal karena penyakit jantung.

Penelitan tersebut dilakukan dengan lebih dari 3,5 juta responden baik pria maupun wanita dari 20.000 pusat kesehatan di seluruh Amerika Serikat. Responden tersebut berusia antara 21 sampai 99 tahun, melalui pemeriksaan fisik dan tes pada tahun 2004 hingga 2008. Faktor resiko untuk penyakit kardiovaskular tersebut juga diteliti seperti tekanan darah, obesitas, sejarah merokok, sejarah penyakit dalam keluarga, diabetes, serta tingkat kadar kolesterol di dalam darah.

Para peneliti menemukan bahwa secara umum, orang yang menikan memiliki resiko 5% lebih rendah untuk memiliki penyakit kardiovaskular dibandingkan orang yang single. Sedangkan orang yang menjanda/duda memiliki resiko 3% lebih rendah untuk memiliki penyakit kardiovaskuler yang termasuk di dalamnya adalah penyakit seperti penyakit peripheral artery, penyakit cerebrovaskular, abdominal aortic aneurism dan penyakit coronary artery dibandingkan dengan mereka yang masih single. Sedangkan orang yang bercerai memiliki resiko 5% lebih tinggi.

Penelitian juga menyebutkan bahwa mereka yang menikah dalam umur dibawah 50 tahun memiliki resiko 12% lebih rendah memiliki penyakit jantung dibandingkan dengan orang-orang yang menikah di atas umur 50 tahun. Berdasarkan penelitian ini, para dokter sebaiknya memperhitungkan kondisi status pernikahan dari pasien ketika mereka menangani pasien dengan masalah jantung.

Pernikahan memberikan dukungan fisik dan emosional

Penelitian yang lebih jauh dilakukan untuk mengerti secara pasti mengapa pernikahan dapat berpengaruh besar terhadap timbulnya masalah jantung pada seseorang. Saat ini, peneliti membuat hipotesis bahwa pernikahan dapat memberikan sistem dukungan fisik dan emosional ketika proses pemeliharaan kesehatan secara umum.

Seseorang dapat membantu merawat pasangannya ketika sakit dengan menjamin bahwa pasangannya makan makanan yang sehat, berolah raga secara teratur serta minum obat sesuai dengan resep dokter. Seorang suami atau istri juga dapat membantu membuat janji dengan dokter, memberikan transportasi sehingga mempermudah akses ke pusat kesehatan.

Penelitian dengan banyaknya responden memberikan validitas pada hasil yang dicapai. Untuk penelitian lebih lanjut, para peneliti akan mempelajari mengenai status pernikahan dan penurunan resiko penyakit kardiovaskular berdasarkan suku bangsa. Selain itu, para peneliti juga akan mempelajari mengenai faktor resiko menurut sosio-ekonomi seperti pendidikan, status pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh dan hubungannya dengan resiko timbulnya penyakit kardiovaskular.

Berdasarkan penelitian lain yang telah dilakukan mengenai hubungan antara pernikahan dan penyakit, ditemukan bahwa pasien kanker yang menikah telah terbukti lebih cenderung hidup lebih lama dibandingkan dengan pasien kanker yang tidak menikah.

You May Also Like