Infeksi Bakteri ESBL Resisten Antibiotik Meningkat

Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli, salah satu bakteri penghasil ESBL. (Credit : NIH)

Bhataramedia.com – Munculnya infeksi yang didapatkan dari komunitas, seperti infeksi saluran kemih / urinary tract infections (UTI), terjadi karena strain yang resisten terhadap antibiotik umum sedang meningkat. Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Rhode Island Hospital. Studi ini dipublikasikan secara online di jurnal Antimicrobial Resistance and Infection Control.

“Selama beberapa tahun terakhir, kami telah melihat peningkatan jumlah bakteri (banyak diantaranya dalam bentuk E. coli) yang tahan terhadap antibiotik yang biasa diberikan,” kata Leonard Mermel, DO, direktur medis dari departemen epidemiologi dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Rhode Island, Seperti dilansir dari laman Lifespan (25/3/2014). “Namun, kami juga menemukan bahwa banyak dari bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih ini rentan terhadap antibiotik lama yang harganya murah, yaitu nitrofurantoin.”

Infeksi saluran kemih adalah jenis infeksi paling umum kedua yang terjadi di dalam tubuh. Menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat tercatat sekitar 8,1 juta kunjungan pasien pengidap infeksi tersebut ke tenaga kesehatan setiap tahunnya.

Penelitian ini melibatkan pasien dengan infeksi yang terjadi karena bakteri yang memproduksi Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL). Data penelitian ini diambil dari tahun 2006-2011. Bakteri ini resisten terhadap kebanyakan antibiotik jenis penisilin dan sefalosporin. Kejadian infeksi akibat mikroorganisme ini terus meningkat, sehingga menciptakan tantangan mengenai terapi antimikroba yang tepat, terutama dalam pengaturan komunitas atau rawat jalan di mana antibiotik oral digunakan.

Penelitian ini mencatat, munculnya infeksi komunitas terjadi karena bakteri pemroduksi ESBL sehingga memicu peningkatan yang signifikan pada infeksi yang didapatkan melalui penanganan kesehatan. Selain itu, E. coli juga menjadi patogen yang dominan pada ketiga kelompok (didapatkan melalui komunitas, didapatkan melalui pelayanan kesehatan, dan didapatkan di rumah sakit). Para peneliti juga menemukan adanya tingkat resistensi yang tinggi terhadap antibiotik Ciprofloxacin dan Trimethoprim-Sulfamethoxazole (TMP-SMZ). Hal ini dapat menyebabkan masalah baru di masyarakat, karena antibiotik tersebut merupakan antibiotik yang umumnya digunakan pada rawat jalan untuk infeksi saluran kemih.

“Pengenalan strain yang resisten terhadap antibiotik umum sangat penting untuk memberikan perawatan yang tepat dan hasil yang lebih baik,” kata Mermel. “Insiden resistensi antibiotik secara keseluruhan juga meningkat, mungkin karena terlalu sering digunakan baik pada manusia maupun hewan ternak, sehingga apa yang tadinya efektif di masa lalu, mungkin tidak lagi dapat bekerja secara efektif untuk melawan infeksi saat ini. Oleh karena itu, upaya yang lebih besar dalam mengendalikan penggunaan antibiotik di masyarakat, pelayanan kesehatan, dan di bidang pertanian sangatlah penting. “

“Penggunaan antibiotik secara berlebihan merupakan masalah besar, dan memiliki implikasi yang nyata bagi pasien,” kata rekan penulis, Steve Kassakian, MD. “Penting bagi kita untuk mengetahui mengapa bakteri ini resisten terhadap beberapa antibiotik, sehingga kita dapat mengembangkan antibiotik baru untuk mengatasi infeksi yang fatal dan berbahaya tersebut.”

Referensi Jurnal :

Steven Z Kassakian, Leonard A Mermel. Changing epidemiology of infections due to extended spectrum beta-lactamase producing bacteria. Antimicrobial Resistance and Infection Control, 2014; 3 (1): 9 DOI: 10.1186/2047-2994-3-9.

You May Also Like