Bhataramedia.com – Selasa (24/02/2015), di kampus UI Salemba tengah berlangsung kegiatan diskusi yang mengusung tema “The Challenges of Research on US-Indonesia Relations: A Perspective on a Public History Research”. Kegiatan diskusi ini dilakukan atas kerja sama Pusat Kajian Wilayah Amerika dengan Universitas Indonesia.
Kegiatan diskusi ini bertujuan untuk mendiskusikan dampak yang ditimbulkan dari penggambaran sejarah publik yang dinarasikan melalui media gambar, video, maupun melalui tulisan terhadap masyarakat itu sendiri. Sangat penting untuk diketahui bahwa berbagai aspek dapat mempengaruhi cara penyampaian sejarah tersebut kepada khalayak luas. Terutama aspek pengaruh kekuasaan dan kepentingan dari pihak-pihak tertentu yang tengah berkuasa saat itu.
Hal ini terjadi di Indonesia, seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth Drexle yang merupakan Direktur Pusat Kajian Perdamaian & Keadilan Universitas Negeri Michigan. Elizabeth yang menjadi narasumber pada acara diskusi tersebut mengatakan bahwa Peristiwa G 30 S PKI, Gerakan Aceh Merdeka, dan gambaran tokoh-tokoh nasional sebelum memasuki masa kemerdekaan merupakan contoh nyata dari sejarah publik yang dipengaruhi oleh kepentingan penguasa pada masa itu dengan berbagai maksud tertentu.
Lebih lanjut Elizabeth menjelaskan, peristiwa G 30 S PKI yang digambarkan kembali melalui sebuah film dan rutin ditayangkan di televisi nasional setiap tanggal 30 september ini memberikan dampak luar biasa terhadap masyarakat. Alhasil masyarakat pun berhasil digiring untuk membenci paham komunis. Tak hanya itu saja, kebencian terhadap komunis ini membuat orang yang terlibat dalam PKI beserta keluarga dan keturunannya tidak diterima dimasyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya perlakuan diskriminasi terhadap orang-orang tersebut. Misalnya saja mereka susah memperoleh pekerjaan. Padahal film G 30 S PKI ini hanyalah bentuk propaganda untuk meruntuhkan pemerintahan orde lama dan digantikan dengan pemerintahan orde baru.
Kesimpulannya, dibalik suatu narasi sejarah publik terdapat kepentingan dari penguasa atau pihak-pihak tertentu untuk mencapai maksud dan tentunya. “Sejarah publik pada akhirnya adalah sejarah yang dinarasikan sudut pandang. Tidak mewakili seluruh aspek dari suatu kejadian,” tutur Elizabeth seperti dikutip dari website resmi UI (27/02/2015). Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya bersikap kritis menyikapi narasi atau penggambaran suatu sejarah tertentu.