Bhataramedia.com – Menurut studi baru yang diterbitkan oleh para peneliti di University of Waterloo, tingkat nitrat berbahaya di dalam air minum dapat bertahan selama puluhan tahun, sehingga meningkatkan risiko sindrom bayi biru dan masalah kesehatan serius lainnya.
Pupuk nitrogen yang digunakan pada lahan pertanian telah mencemari sungai dan danau, serta meresap ke dalam sumur air minum selama lebih dari 80 tahun. Penelitian yang diterbitkan pekan ini di edisi khusus jurnal Environmental Research Letters, mengungkapkan bahwa konsentrasi nitrat yang tinggi di sungai dan danau akan tetap tinggi selama beberapa dekade, bahkan jika petani berhenti menerapkan pupuk nitrogen hari ini.
Para peneliti telah menemukan bahwa nitrogen terakumulasi di tanah dan menciptakan sumber jangka panjang dari polusi nitrat pada air tanah dan permukaan.
“Sebagian besar dari nitrogen yang digunakan sebagai pupuk tetap belum dihitung selama dekade terakhir,” kata Nandita Basu, seorang profesor di Department of Earth and Environmental Sciences and Civil and Environmental Engineering.
“Fakta bahwa nitrogen sedang disimpan di dalam tanah dapat menjadi sumber tingkat nitrat yang tinggi, bahkan setelah pupuk tidak lagi diterapkan pada jangka waktu yang lama,” lanjut Nandita Basu, seperti dilansir University of Waterloo (14/03/2016).
Penelitian mereka menyajikan bukti langsung pertama dari warisan nitrogen skala besar di seluruh Mississippi River Basin, Amerika Serikat.
Dipaksa untuk berinvestasi jutaan dolar untuk mengupgrade pabrik pengolahan air mereka, Des Moines Water Works, utilitas air minum terbesar di Iowa, saat ini sedang menggugat tiga kabupaten hulu karena gagal mengatasi tingkat nitrat berbahaya di permukaan air, yang dua kali melebih standar air minum federal AS.
Menurut tim peneliti Kanada, konsentrasi nitrat tersebut kemungkinan akan tetap tinggi.
Profesor Basu dan kelompoknya menganalisis data jangka panjang dari lebih dua ribu sampel tanah di seluruh Mississippi River Basin untuk mengungkapkan akumulasi sistematis nitrogen dalam tanah pertanian. Di banyak daerah, akumulasi ini tidak terlihat jelas di lapisan atas lahan pertanian, melainkan ditemukan 25-100 cm di bawah permukaan tanah
“Kami berhipotesis bahwa akumulasi ini terjadi bukan hanya karena peningkatan penggunaan pupuk, tetapi juga peningkatan budidaya kedelai dan perubahan pada praktek pengolahan selama 80 tahun terakhir,” kata Kim Van Meter, seorang mahasiswa doktoral di Department of Earth and Environmental Sciences in the Faculty of Science.
Hasil pemodelan mereka menunjukkan bahwa warisan nitrogen ini masih dapat meresap ke dalam saluran air lebih dari tiga dekade setelah nitrogen tidak lagi diterapkan pada lahan pertanian.
Mirip dengan fosfor, nitrogen merupakan nutrisi pembatas bagi tanaman dan bila diterapkan sebagai pupuk dapat membantu meningkatkan hasil panen.
Sayangnya ketika terlalu banyak nitrogen ditambahkan, kelebihannya memasuki saluran air, menyebabkan kondisi hipoksia seperti zona mati besar di Teluk Meksiko dan mengancam kualitas air minum. Paparan nitrat yang berlebihan dalam air minum menyebabkan masalah kesehatan yang serius, termasuk Methemoglobinemia atau sindrom bayi biru pada bayi.
Sejak 1970-an, petani dan pembuat kebijakan sama-sama telah bekerja keras untuk mengurangi jumlah pupuk yang bocor dari bidang pertanian ke air tanah, serta danau dan sungai di dekatnya. Namun di beberapa daerah pedesaan, tingkat nitrat telah ditemukan lebih dari sepuluh kali standar air minum.
“Kehadiran warisan nitrogen ini berarti akan memakan waktu lebih lama untuk praktek pengelolaan terbaik untuk memiliki manfaat terukur,” kata Profesor Basu, juga merupakan anggota dari Water Institute. “Jika kita akan menetapkan tujuan kebijakan, sangat penting bagi kita untuk menghitung warisan nitrogen dan waktu pada lanskap yang terkena dampak manusia.”
Basu dan peneliti lainnya di University of Waterloo sedang mengeksplorasi warisan nitrogen di Amerika Utara serta pada tingkat global.
Referensi Jurnal :
K J Van Meter, N B Basu, J J Veenstra, C L Burras. The nitrogen legacy: emerging evidence of nitrogen accumulation in anthropogenic landscapes. Environmental Research Letters, 2016; 11 (3): 035014 DOI: 10.1088/1748-9326/11/3/035014.