Bhataramedia.com – Emisi gas rumah kaca tetap menjadi ancaman utama terhadap kelestarian populasi beruang kutub di seluruh dunia. Kesimpulan ini berlaku di bawah kedua skenario, pengurangan emisi gas rumah kaca yang menstabilkan pemanasan iklim dan skenario lainnya, dimana emisi dan pemanasan terus terjadi pada kecepatan saat ini. Hal ini berdasarkan model penelitian dari US Geological Survey yang telah diperbaharui.
Di bawah kedua skenario, hasil untuk populasi beruang kutub di seluruh dunia akan sangat mungkin untuk memburuk hingga akhir abad ini.
Upaya pemodelan memeriksa prognosis untuk populasi beruang kutub di empat wilayah jangkauan ekologi mereka, menggunakan proyeksi es laut saat ini dari Intergovernmental Panel on Climate Change untuk dua skenario emisi gas rumah kaca. Kedua skenario meneliti bagaimana emisi gas rumah kaca dapat mempengaruhi beruang kutub: satu melihat stabilisasi pemanasan iklim pada akhir abad ini karena pengurangan emisi gas rumah kaca dan yang lainnya melihat tingkat emisi gas rumah kaca yang berlanjut (tidak berubah), yang menyebabkan peningkatan pemanasan pada akhir abad ini.
“Mengatasi hilangnya es laut akan membutuhkan solusi kebijakan global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan kemungkinan besar akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membuatnya,” kata Mike Runge, seorang ahli ekologi di USGS. “Karena emisi karbon terakumulasi dari waktu ke waktu, kemungkinan pada urutan beberapa dekade, akan ada keterlambatan antara mitigasi emisi dan stabilisasi hilangnya es laut.”
Berdasarkan skenario emisi yang berlanjut, populasi beruang kutub di dua dari empat wilayah ekologi diproyeksikan akan sangat menurun, sekitar 25 tahun lebih cepat daripada di bawah skenario stabil. Berdasarkan skenario yang stabil, gas rumah kaca mengalami puncak emisi sekitar tahun 2040, menurun pada tahun 2080, kemudian menurun sampai akhir abad ini. Pada skenario ini, USGS memproyeksikan bahwa semua populasi beruang kutub akan sangat berkurang, kecuali populasi di wilayah kepulauan, yang terletak di lintang tinggi Arktik Kanada. Pada wilayah ini es laut pada umumnya bertahan lebih lama di musim panas. Hasil pemodelan yang telah diperbaharui ini memperkuat saran sebelumnya bahwa daerah di lintang tinggi Arktik dapat dijadikan sebagai tempat perlindungan penting bagi spesies yang bergantung dengan es, termasuk beruang kutub.
Model baru tersebut, mengevaluasi ancaman khusus untuk beruang kutub seperti kehilangan es laut, ketersediaan mangsa, berburu dan peningkatan aktivitas manusia, serta memasukkan temuan baru pada variasi regional mengenai respon beruang kutub terhadap hilangnya es laut.
“Hilangnya es laut dan penurunan ketersediaan mangsa beruang kutub adalah alasan spesifik yang paling penting bagi populasi beruang kutub,” kata Todd Atwood, peneliti biologi di USGS dan penulis utama dari studi.
“Kami menemukan bahwa stres lingkungan lain seperti kegiatan perkapalan trans-Arktik, eksplorasi minyak dan gas, penyakit dan kontaminan, perikanan berkelanjutan dan pertahanan hidup, memiliki pengaruh yang dapat diabaikan pada populasi beruang kutub. Sedangkan hlangnya es laut dan penurunan beruang kutub untuk mengakses mangsa memiliki pengaruh yang lebih besar,” jelas Atwood, seperti dilansir U.S. Geological Survey (03/07/2015).
Selain itu, peneliti USGS mencatat bahwa jika periode bebas es di musim panas lebih lama hingga 4 bulan atau lebih (seperti yang diperkirakan terjadi pada paruh terakhir abad ini dalam skenario berlanjut), efek negatif pada beruang kutub akan lebih jelas. Beruang kutub mengandalkan es sebagai platform untuk berburu mangsa utama mereka dan ketika es laut benar-benar meleleh di musim panas, beruang harus mundur ke tanah di mana akses mereka ke mangsa akan terbatas. Penelitian lain pada tahun ini telah menunjukkan bahwa makanan terestrial (daratan) yang tersedia untuk beruang kutub selama bulan tidaka adanya es, tidak mungkin untuk membantu populasi beruang kutub beradaptasi dengan hilangnya es laut.
Penelitian para ilmuwan USGS menemukan bahwa mengelola ancaman selain emisi gas rumah kaca dapat memperlambat perkembangan populasi beruang kutub ke status yang semakin buruk. Prognosis yang paling optimis untuk beruang kutub akan memerlukan pengurangan emisi gas rumah kaca secara segera dan agresif, sehingga akan membatasi pemanasan global kurang dari 2°C di atas tingkat pra industri.
US Fish and Wildlife Service telah memasukkan beruang kutub sebagai spesies yang terancam, di bawah Endangered Species Act tahun 2008 karena ancaman hilangnya es laut. Beruang kutub adalah spesies pertama yang terdaftar karena perubahan iklim. Suatu rencana untuk mengatasi pemulihan beruang kutub akan dilepaskan ke dalam Daftar Federal oleh USFWS pada tanggal 2 Juli 2015.
Ramalan terbaru untuk beruang kutub, dikembangkan oleh USGS sebagai bagian dari Changing Arctic Ecosystems Initiative, bersama-sama dengan kolaborator dari US Forest Service dan Polar Bears International.