Penemuan Spesies Kelelawar Terancam Punah Di Papua Nugini

Pharotis imogene. (Photo: University of Queensland)

Bhataramedia.com – Peneliti dari Universitas Queensland telah menemukan kembali suatu spesies kelelawar yang dianggap telah “punah” di Papua New Guinea.

Spesimen pertama dan satu-satunya dari Pharotis imogene dikumpulkan oleh seorang ilmuwan Italia pada tahun 1890.

Saat ini, Catherine Hughes dan Julie Patah-Brow, dua mahasiswa dari UQ School of Agriculture and Food Sciences, melaporkan bahwa mereka telah menemukan kembali spesies kelelawar tersebut selama ekspedisi lapangan di distrik pesisir Abau di Papua New Guinea.

“Spesies tersebut sebelumnya diduga telah punah,” kata Dr. Luke Leung, salah satu penulis studi ini, di dalam rilis berita. “Kami menangkap satu kelelawar tersebut sekitar 120 km sebelah timur dari wilayah di Kamali, wilayah ini merupakan satu-satunya wilayah tempat kelelawar tersebut pernah ditemukan,” tambah dia.

Pharotis imogene yang biasa disebut Thomas Big-eared Bat, terdaftar sebagai spesies yang sangat terancam punah pada “Daftar Merah” International Union for the Conservation of Nature.

Spesies kelelawar baru yang kembali ditemukan ini memiliki telinga yang besar dan hidung berbentuk daun sederhana yang terletak di belakang hidung mereka. Hal inilah yang membedakan mereka dari spesies kelelawar lainnya di wilayah tersebut.

“Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan apakah kelelawar tersebut adalah salah satu dari sejumlah kecil spesies mamalia endemik di wilayah semenanjung selatan-timur Papua Nugini, atau spesies tersebut memiliki habitat yang lebih luas,” kata Dr. Leung, seperti dilansir laman University of Queensland (4/6/2014).

Papua Nugini dianggap sebagai “hotspot” biologis karena memiliki sekitar tujuh persen dari semua spesies di dunia.

“Banyak dari habitat dataran rendah pesisir di seluruh Papua Nugini adalah daerah yang paling terancam di negeri ini karena pembukaan hutan untuk penebangan dan pertanian. Survei lapangan tambahan mengenai populasi kelelawar lokal diperlukan untuk menilai status konservasi dari spesies tersebut dan menginformasikan strategi di masa depan untuk memastikan kelestarian mereka,” katanya.

Baru-baru ini, SUNY College of Environmental Science and Forestry’s (ESF) dan International Institute for Species Exploration (IISE) telah menyusun daftar sepuluh spesies baru pada tahun 2014. Temuan spesies baru atau penemuan kembali spesies yang dianggap “punah” menunjukkan bahwa masih ada beberapa makhluk-makhluk baru yang menunggu untuk ditemukan dan didokumentasikan.

Referensi Jurnal :

Hughes et al., 2014. Rediscovery of the New Guinea Big-eared Bat Pharotis imogene from Central Province, Papua New Guinea. Australian Museum Journal. DOI:10.3853/j.2201-4349.66.2014.1632.

You May Also Like