Deforestasi Ekosistem Tanah Berpasir Lepaskan Lebih Banyak CO2 ke Atmosfer

Peta ini menunjukkan distribusi tanah berpasir di seluruh AS. (Photo : http://www.soilinfo.psu.edu/)

Bhataramedia.com – Gangguan terhadap komunitas mikroba tanah yang disebabkan oleh deforestasi (penggundulan hutan) dan dampak perubahan iklim terhadap ekosistem hutan memiliki pengaruh yang lebih besar pada beberapa jenis tanah tertentu, seperti; tanah berpasir, dibandingkan dengan jenis tanah lainnya. Hal tersebut berdasarkan studi baru yang dipimpin oleh peneliti dari Universitas Yale.

Seperti dilansir laman Nature World News (1/4/2014), penemuan yang diterbitkan di jurnal Global Change Biology ini dapat memberikan informasi penting mengenai manajemen ekosistem untuk daerah yang rawan kehilangan keanekaragaman hayati. Selain itu, studi ini juga dapat digunakan untuk menentukan ekosistem mana yang lebih tahan terhadap hilangnya pepohonan pada area yang luas.

Para peneliti melaporkan analisis mereka dengan menggunakan tanah yang dikumpulkan dari 11 wilayah berbeda di Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa tekstur tanah memiliki peranan penting untuk menentukan lepasnya karbon ke atmosfer ketika komunitas mikroba tanah terganggu akibat adanya deforestasi.

“Kami sangat terkejut ketika mengetahui bahwa perubahan keanekaragaman sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah dan sepertinya hal tersebut merupakan faktor paling utama,” kata penulis utama studi ini, Thomas Crowther, postdoctoral fellow di Yale School of Forestry & Environmental Studies. “Tekstur tanah mengesampingkan pengaruh dari semua variabel lain yang kami pikir penting, termasuk suhu, kelembaban, konsentrasi hara, dan pH tanah.”

Crowther melakukan penilitian ini dengan para ilmuwan dari University of Boulder, Colorado dan University of Kentucky.

Hilangnya hutan akibat pembalakan liar atau bentuk deforestasi lainnya, memicu pelepasan sejumlah besar karbon yang tersimpan di dalam tanah. Seiring dengan berubahnya komunitas mikroba pada daerah “gundul”, jumlah karbon yang lebih besar akan dilepaskan, kata para peneliti. Para peneliti juga mencatat bahwa CO2 tambahan yang lepas ke atmosfer ini memiliki potensi untuk menambah pemanasan global.

Setelah terjadi penggundulan hutan, tanah yang paling rentan terhadap pelepasan kelebihan karbon ialah tanah berpasir. Tanah jenis ini kurang dapat mempertahankan kandungan nutrisi di dalamnya karena memiliki partikel yang lebih besar dengan luas permukaan yang kecil. Pada tanah berlumpur, seperti tanah liat, partikelnya memiliki luas permukaan yang lebih besar untuk mengikat unsur hara dan air, sehingga tanah tersebut dapat mempertahankan lebih banyak nutrisi dan bahan organik.

“Jika anda “mengganggu” tanah berpasir, semua nutrisi yang dibutuhkan mikroba akan hilang, nutrisi tersebut akan hilang ke atmosfer, sungai, dan melalui hujan,” kata Crowther. “Akan tetapi, pada tanah liat berlumpur, meskipun terjadi deforestasi pada hutan, nutrisinya akan tetap terikat erat di dalamnya.”

Anehnya, para peneliti tidak menemukan korelasi mengenai dampak deforestasi terhadap perubahan keanekaragaman mikroba dari waktu ke waktu.

“Efek yang terjadi bersifat konsisten, tidak peduli sudah berapa lama deforestasi terjadi,” kata Crowther. “Pada tanah liat berlumpur, nutrisi dipertahankan untuk jangka waktu yang lama dan keanekaragaman komunitas mikroba tidak berubah. Sedangkan pada tanah berpasir, komunitas mikroba berubah secara dramatis hanya dalam waktu beberapa tahun. “

You May Also Like