Studi Pada Cacing : Bagaimana Agar Tetap Awet Muda

dokter
dokter
Ilustrasi.

Bhataramedia.com – Hidup lebih lama biasanya membuat seseorang berada dalam kondisi pikun lebih lama, tetapi akan menjadi menarik jika kita dapat memperpanjang usia pada saat masa dewasa muda. Prospek ini sangat menarik, para ilmuwan yang mengumumkan keberhasilan di bidang ini dengan cacing gelang, mengungkapkan bahwa hal ini masih sangat jauh untuk dicapai pada manusia.

“Kami tidak ingin orang-orang untuk mendapatkan kesan mereka dapat mengambil obat yang kami digunakan dalam penelitian kami untuk memperpanjang usia remaja mereka sendiri atau di awal dua puluhan,” kata penulis penelitian, Michael Petrascheck dari The Scripps Research Institute (TSRI), California.

“Kami mungkin telah melakukan ini di cacing, tetapi ada jutaan tahun evolusi antara cacing dan manusia.

“Kami pikir menarik untuk melihat bahwa memperpanjang umur dengan memperpanjang usia dewasa muda dapat dilakukan,” katanya.

Pada studi yang akan dipublikasikan di jurnal eLife, tim TSRI memberikan antidepresan yang disebut mianserin ke Caenorhabditis elegans, jenis cacing gelang yang sering digunakan dalam penelitian. Pada tahun 2007, mereka menemukan bahwa obat ini meningkatkan umur cacing gelang 30-40 persen. Tujuan baru mereka adalah untuk menyelidiki bagaimana ini terjadi.

Tim peneliti memberi perlakuan ribuan cacing dengan air atau mianserin dan melihat aktivitas gen pada saat cacing bertambah tua. Pertama, mereka mengukur aktivitas gen pada cacing dewasa muda sebagai titik acuan untuk memantau proses penuaan. Kematangan reproduksi dimulai pada usia tua dan cacing ini rata-rata hidup selama 2-3 minggu.

Seiring cacing menua, tim mengamati perubahan dramatis pada ekspresi gen. Namun, perubahan terjadi dengan cara yang tidak diduga. Kelompok gen yang bersama-sama berperan dalam fungsi yang sama, ditemukan mengubah ekspresi gen secara berkebalikan.

Mereka menyebut fenomena yang baru ditemukan ini dengan ‘transcriptional drift’. Dengan memeriksa data dari tikus dan dari 32 otak manusia berusia 26-106 tahun, mereka menegaskan bahwa hal itu juga terjadi pada mamalia.

“Orkestrasi ekspresi gen tidak lagi tampak terkoordinasi seiring organisme menua dan hasilnya membingungkan karena gen yang berhubungan dengan fungsi yang sama akan naik dan turun pada saat yang sama,” kata Petrascheck.

“Transcriptional drift dapat digunakan sebagai penilaian baru untuk mengukur perubahan terkait usia yang di mulai pada usia dewasa muda,” kata penulis pertama, Sunitha Rangaraju.

“Sampai saat ini kita telah bergantung pada pengukuran tingkat kematian, yang terlalu rendah pada orang dewasa muda untuk memberikan banyak data. Memiliki alat baru untuk mempelajari penuaan dapat membantu kami melakukan penemuan-penemuan baru, misalnya untuk mengobati kecenderungan genetik di mana penuaan dimulai lebih awal, seperti pada sindrom progeria Hutchinson-Gilford,” katanya, seperti dilansir eLife (02/12/2015).

Dengan menggunakan pengukuran baru ini, terungkap bahwa pengobatan dengan mianserin dapat menekan penyimpangan transkripsi, tetapi hanya bila diberikan pada waktu kehidupan yang tepat. Pada saat berusia 10 hari, cacing yang diberi perlakuan masih memiliki karakteristik ekspresi gen pada saat berusia tig hari, fisiologis mereka tujuh hari lebih muda. Namun jika diberi obat pada hari ke-12, paparan obat tidak memiliki efek tambahan. Angka kematian berubah sejajar pada 7-8 hari umur cacing yang diberi perlakuan, dimana hal ini membenarkan temuan.

Mianserin memblokir sinyal terkait dengan regulasi serotonin dan perubahan psikologis yang tertunda ini berkaitan dengan usia, termasuk ‘transcriptional drift’ dan proses degeneratif yang menyebabkan kematian. Efeknya hanya terjadi selama masa dewasa muda dan durasi periode kehidupan ini secara signifikan diperpanjang.

“Seberapa banyak temuan kami berkaitan dengan perpanjangan umur pada mamalia tidak dapat ditebak, kemungkinan perpanjangan umur yang terjadi tidak begitu dramatis,” kata Petrascheck.

“Namun, kami gembira tentang fakta bahwa kami mengamati fenomena transcriptional drift pada beragam spesies, mulai dari cacing, tikus hingga manusia.”

Temuan ini telah membuka banyak jalan penelitian baru. Misalnya, langkah selanjutnya, tim peneliti akan menguji efek pada tikus dan menyelidiki apakah ada efek samping. Lingkungan yang berbeda dapat menghasilkan hasil yang berbeda dan ini perlu untuk dieksplorasi. Mereka juga ingin menguji apakah ada dampak berbeda untuk berbagai organ dalam tubuh.

Penemuan ‘transcriptional drift’ menyediakan penilaian baru untuk penuaan, tetapi sekali lagi, ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Referensi Jurnal :

Sunitha Rangaraju, Gregory M Solis, Ryan C Thompson, Rafael L Gomez-Amaro, Leo Kurian, Sandra E Encalada, Alexander B Niculescu, Daniel R Salomon, Michael Petrascheck. Suppression of transcriptional drift extends C. elegans lifespan by postponing the onset of mortality. eLife, 2015; 4 DOI: 10.7554/eLife.08833

You May Also Like