Bhataramedia.com – Menurut laporan terbaru, pengasaman laut mungkin akan membantu spesies ganggang, ubur-ubur, kepiting dan kerang yang invasif untuk pindah ke daerah baru dengan konsekuensi yang merusak.
Makhluk berlendir dengan struktur lunak, jauh lebih toleran terhadap meningkatnya kadar karbon dioksida dibandingkan dengan makhluk dengan struktur keras seperti karang, karena cangkang dan kerangka akan rusak seiring peningkatan CO2.
Studi yang dilakukan oleh para ilmuwan kelautan di Plymouth University, telah menemukan bahwa beberapa spesies invasif, seperti kelp Jepang (Undaria pinnatifida) dan ubur-ubur penyengat (Pelagia Noctiluca) tahan terhadap meningkatnya kadar CO2. Penelitian yang diterbitkan di Research and Reports in Biodiversity Studies tersebut, mencatat bahwa di daerah tropis, terumbu karang menghadapi sejumlah masalah yang saling berhubungan (bleaching / pemutihan, korosi, penyakit, penyebaran rumput laut, spesies invasif) yang semuanya disebabkan oleh meningkatnya kadar CO2.
“Kami menyaksikan penyebaran kehidupan laut yang menyebabkan masalah, seperti blooming ubur-ubur dan alga yang membusuk,” kata Profesor Jason Hall-Spencer, penulis utama laporan tersebut.
“Berdasarkan dari bukti yang tersedia sampai saat ini, kami memprediksi masalah yang terkait dengan organisme laut berbahaya akan bertambah buruk sebagai respons terhadap meningkatnya CO2. Patogen seperti kolera tidak terbatas perbatasan nasional, sehingga pemanasan air laut adalah masalah kesehatan bagi kota-kota seperti London, dan masih harus dilihat organisme mana yang akan menyebar dan menyebabkan masalah, seiring dibukanya rute pelayaran Arktik,” kata Profesor Jason, seperti dilansir University of Plymouth (06/11/2015).
Studi ini muncul dari pengamatan di lokasi vulkanik di Mediterania, di mana Profesor Hall-Spencer telah memimpin ekspedisi untuk merekam bentuk kehidupan laut apa yang dapat mengatasi dengan baik tingkat CO2 yang lebih tinggi. Mereka menemukan bahwa spesies ganggang dan ubur-ubur invasif emiliki kecenderungan untuk berkembang dalam kondisi asam. Tinjauan ekstensif mereka dari percobaan di laboratorium mengungkapkan bahwa kasus seperti ‘Alga pembunuh’ (Caulerpa taxifolia), yang menyebar di seluruh dunia, justru mendapatkan manfaat dari CO2. Ganggang ini begitu beracun sehingga herbivora lebih memilih untuk mati kelaparan daripada memakannya.
Laporan ini menyoroti slipper limpet Amerika, Crepidula fornicate, dengan bukti yang menunjukkan bahwa spesies ini telah menyebar ke Eropa untuk menjadi salah satu dari 100 spesies yang paling invasif. Demikian pula, Red King Crab, yang telah menyerang Laut Barents, dan siput predator Urosalpinx cinera, yang telah pindah dari Atlantik barat laut ke Atlantik timur laut dan Pasifik, serta berdampak pada budidaya tiram dan kerang.
“Pengamatan menunjukkan akan ada pemenang serta yang kalah akibat peningkatan CO2, seperti yang terjadi pada peristiwa kepunahan massal sebelumnya,” kata peneliti Ro Allen. “Penyebaran organisme laut yang berbah;aya harus menjadi faktor risiko akibat meningkatnya emisi CO2.”
Referensi Jurnal :
Jason Hall-Spencer, Ro Allen. The impact of CO2 emissions on ‘nuisance’ marine species. Research and Reports in Biodiversity Studies, 2015; 33 DOI: 10.2147/RRBS.S70357.