Bhataramedia.com – Melalui penggunaan eksperimen multigenerasi, peneliti UTS telah menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa ketika induk ikan karang berkembang dari kehidupan awal pada suhu tinggi, mereka dapat menyesuaikan jenis kelamin keturunan mereka melalui cara-cara non-genetik dan non-perilaku.
Penelitian yang diterbitkan di Global Change Biology tersebut, menunjukkan bahwa mekanisme yang terlibat di dalam memulihkan keturunan rasio jenis kelamin lintas generasi, diaktifkan selama pengembangan awal dari induk dan tidak hanya terjadi sebagai akibat dari ikan dewasa yang terkena suhu yang lebih tinggi.
“Memahami kemampuan spesies untuk merespon dan mengatasi meningkatnya suhu lingkungan adalah kunci untuk memprediksi konsekuensi biologis dari pemanasan global,” kata pemimpin penulis dan UTS Chancellor’s Postdoctoral Research Fellow, Dr. Jennifer Donelson.
Kemampuan untuk mengkompensasi bias jenis kelamin yang disebabkan oleh naiknya suhu adalah sifat penting yang dapat membantu membatasi dampak dari pemanasan laut di populasi ikan karang dan spesies lainnya. Namun penelitian juga menunjukkan bahwa ketika suhu unutk perkembangan terlalu panas ada batas untuk “plastisitas transgenerasi” tersebut.
“Hasil penelitian ini signifikan karena pemanasan global menimbulkan ancaman bagi spesies dengan temperature-dependent sex determination (TSD), seperti reptil dan ikan,” kata Dr. Donelson.
“Selain itu, telah diketahui bahwa bias gender yang jauh dari rasio jenis kelamin juvenil yang optimal, yang kira-kira jumlahnya sama antara jantan dan betina, dapat memiliki konsekuensi yang signifikan bagi keberhasilan populasi.”
“Penurunan proporsi betina di dalam populasi dapat sangat merusak, karena laju pertumbuhan populasi sering terkendala oleh tingkat kesuburan betina.”
Para peneliti menunjukkan bahwa bahkan peningkatan yang relatif kecil di dalam suhu untuk perkembangan (hanya 1,5 derajat Celsius di atas suhu musim panas rata-rata) dapat mengurangi proporsi keturunan betina dengan lebih dari 30 persen. Namun rasio jenis kelamin betina dipulihkan saat indukan ikan berada pada suhu tersebut untuk seumur hidup mereka dan untuk dua generasi.
“Namun, perbaikan parsial di dalam rasio jenis kelamin hanya terjadi pada 3,0 derajat Celsius di atas kondisi rata-rata, bahkan setelah dua generasi, menunjukkan keterbatasan plastisitas transgenerasi ketika suhu perkembangan terlalu panas,” kata Dr. Donelson.
“Penelitian sebelumnya telah difokuskan pada perubahan waktu pembibitan dan kebiasaan indukan betina mengubah lokasi sarang mereka untuk mengkompensasi pemanasan. Kebaruan dari studi kami adalah menggunakan desan multigenerasi (tiga generasi) untuk memunculkan pertanyaan mengenai pengaruh non-genetik dan non-perilaku induk untuk menentukan jenis kelamin,” tambah Dr. Donelson.
“Bagaimana cara spesies di dalam penelitian kami, ikan karang Spiny Chromis, merekayasa penyesuaian yang menakjubkan tersebut masih belum diketahui dan merupakan sesuatu yang saat ini sedang kami selidiki. Namun, hal yang sudah jelas adalah lautan semakin memanas dan penelitian ini menunjukkan pentingnya plastisitas transgenerasi di dalam mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim terhadap spesies dengan TSD,” jelas Dr. Donelson, seperti dilansir University of Technology, Sydney (04/04/2015).
Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Dr. Philip Munday dari ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies di James Cook University.
Referensi Jurnal :
Jennifer M. Donelson, Philip L. Munday. Transgenerational plasticity mitigates the impact of global warming to offspring sex ratios. Global Change Biology, 2015; DOI: 10.1111/gcb.12912.