Bhataramedia.com – Kombinasi puasa dengan kemoterapi telah terbukti dapat membunuh sel-sel kanker. Namun, sepasang studi baru pada tikus menunjukkan bahwa kombinasi kelas yang obat bersifat kurang beracun dengan puasa juga sama baiknya membunuh sel-sel kanker payudara, kolorektal dan paru-paru.
Menurut penulis senior, Valter Longo dari USC, jika terbukti bekerja pada manusia, kombinasi ini dapat menggantikan kemoterapi dan membuat puasa menjadi komponen kuat dari strategi jangka panjang untuk mengobati kanker,
Uji klinis pada manusia di Amerika Serikat dan Eropa sudah mempelajari efektivitas dan keamanan dari strategi milik Longo mengenai siklus puasa selama pengobatan kanker.
Diterbitkan oleh jurnal Oncotarget pada tanggal 30 Maret, studi ini menunjukkan bahwa obat rendah toksisitas yang dikombinasikan dengan puasa, atau diet yang meniru efek dari puasa, dapat menjadi alternatif untuk kemoterapi. Penelitian ini merupakan bagian dari kerjasama multinasional dengan laboratorium Alessio Nencioni di University of Genova dan Lizzia Raffaghello di G. Gaslini Institute, Italia.
“Seperti setiap sel lainnya, sel kanker membutuhkan energi untuk bertahan hidup dan terus berkembang. Namun, sel-sel kanker tidak cukup fleksibel untuk menghasilkan energi, sehingga memberi kita cara untuk menargetkan sel-sel tersebut,” kata Longo, Edna M. Jones Profesor Biogerontology di USC Davis School of Gerontology dan direktur USC Longevity Institute.
Sel-sel kanker sangat bergantung pada glukosa (gula) dari makanan untuk energi. Sel-sel ini membakar lebih banyak glukosa daripada sel biasa untuk bahan bakar pertumbuhan yang cepat. Fenomena ini disebut efek Warburg, dinamai oleh dokter Jerman yang pertama kali menggambarkannya hampir 100 tahun yang lalu. Dengan demikian, sel-sel kanker jauh lebih rentan terhadap gangguan pasokan nutrisi.
Apabila kehilangan glukosa, sel-sel kanker mengandalkan cadangan darurat, menggunakan jenis enzim yang disebut kinase untuk melanjutkan kegiatan pertumbuhan yang berhubungan dengannya.
Longo dan timnya menemukan bahwa pergeseran metabolisme sel kanker tersebut menyebabkan sel kanker untuk menghasilkan radikal bebas racun, yang pada akhirnya dapat membunuh sel kanker. Selain itu, jalur kinase untuk menghasilkan energi dapat diblokir oleh kinase inhibitor, sehingga mencekik kemampuan sel-sel kanker untuk menghasilkan energi. Inhibitor kinase sudah disetujui oleh US Food and Drug Administration sebagai pengobatan kanker. Hal ini membuka pintu bagi penggunaan kinase inhibitor dan puasa sebagai terapi kombinasi untuk melumpuhkan kanker.
“Namun, meskipun inhibitor kinase jauh kurang beracun dari kemoterapi, enzim ini masih menjadi racun bagi banyak jenis sel. Puasa membuat kinase inhibitor lebih efektif, yang berarti bahwa pasien harus menggunakannya dengan waktu yang sedikit untuk mencapai hasil yang sama,” kata Longo.
“Meskipun kami belum menguji hal ini, kami mengantisipasi bahwa puasa juga akan mengurangi toksisitas kinase inhibitor karena juga mengurangi efek kemoterapi pada sel normal,” jelas Longo, seperti dilansir University of Southern California (30/12/2015).