Ahli Geologi Mengkonfirmasi Kadar Oksigen Di Lautan Kuno

Lanskap bumi pada 2,5 milyar tahun yang lalu. (Credit: From a painting by Peter Sawyer, The Smithsonian Institute; Courtesy of Syracuse University)

Bhataramedia.com – Para Ahli Geologi dari College of Arts and Sciences telah menemukan cara baru untuk mempelajari kadar oksigen di lautan tertua bumi.

Zunli Lu, seorang asisten profesor dan Xiaoli Zhou, mahasiswa Ph.D. di Departemen Ilmu Bumi, College of Arts and Sciences, merupakan bagian dari tim peneliti internasional yang temuannya telah dipublikasikan di jurnal Geology (Geological Society of America, 2014).

Pendekatan Penelitian pada penelitian ini mungkin memiliki implikasi penting bagi studi ekologi laut dan pemanasan global.

“Lebih dari 2,5 miliar tahun yang lalu, lautan hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki oksigen sama sekali, seperti halnya metana yang menyelubungi bumi,” kata Lu, anggota dari Syracuse University’s Low-Temperature Geochemistry Research Group. “Fotosintesis yang mulai dilakukan oleh organisme akhirnya mulai mengurangi senyawa kimia lain, yaitu donor elektron, dan oksigen mulai tercipta secara massal di atmosfer. Periode ini disebut “Great Oxidation Event (GOE)” atau “Masa Lonjakan Oksidasi”. Tambahnya, seperti dirilis laman Syracuse University (9/6/2014).

Menggunakan pendekatan baru yang disebut geokimia yodium, Lu, Zhou dan rekan-rekannya telah mengkonfirmasi kemunculan awal oksigen terlarut di perairan permukaan laut.

Kunci dari pendekatan studi ini adalah iodat, yaitu bentuk yodium yang hanya ada di perairan beroksigen. Ketika iodat terdeteksi di dalam batuan karbonat pada lingkungan laut, Lu dan rekan-rekannya dapat mengukur rasio unsur yodium terhadap kalsium. Pengukuran ini, yang dikenal sebagai proksi (representasi atau penggambaran) untuk kimia laut, membantu mereka untuk mengetahui berapa banyak oksigen yang terlarut di dalam air.

“Yodium geokimia memungkinkan kita untuk membatasi kadar oksigen di lautan yang telah menghasilkan mineral kalsium karbonat dan fosil,” kata Lu, peneliti yang mengembangkan proksi tersebut. “Apa yang kami temukan di batuan kuno memperkuat keakuratan proksi. Selanjutnya, kita akan menggunakan proksi untuk lebih memahami konsekuensi dari peristiwa deoksigenasi laut yang diakibatkan oleh pemanasan global yang berlangsung cepat.” Pungkasnya.

Referensi Jurnal :

D. S. Hardisty, Z. Lu, N. J. Planavsky, A. Bekker, P. Philippot, X. Zhou, T. W. Lyons. An iodine record of Paleoproterozoic surface ocean oxygenation. Geology, 2014; DOI: 10.1130/G35439.1.

You May Also Like