Bhataramedia.com – Para ahli geokimia telah menghitung peningkatan sejumlah besar CO2 (karbondioksida) di atmosfer hanya dapat dihindari dengan pembentukan jajaran pegunungan yang luas di tengah-tengah superbenua kuno, Pangea. Karya penelitian ini sedang diajukan ke konferensi geokimia Goldschmidt di Sacramento, California.
Sekitar 300 juta tahun yang lalu, lempeng tektonik menyebabkan benua untuk menyatu menjadi benua super raksasa, yang dikenal sebagai “Pangea.” Ukuran dari benua tersebut dapat berarti bahwa sebagian besar permukaan daratan jauh dari laut, sehingga membuat benua tersebut menjadi semakin kering karena kurangnya kelembaban. Kegersangan ini berarti bahwa terjadinya pengurangan pelapukan batuan. Biasanya, penurunan pelapukan batuan bersamaan dengan meningkatnya kadar CO2. Namun, tingkat CO2 di atmosfer justru mengalami penurunan yang paling signifikan sekitar 500 juta tahun lalu. Fenomena ini tetap tidak dapat dijelaskan, sampai sekarang.
Saat ini, sekelompok ilmuwan Prancis dari CNRS di Toulouse telah menghasilkan suatu model yang tampaknya dapat menjelaskan kontradiksi tersebut. Periode ini bertepatan dengan munculnya serangkaian luas pegunungan di pedalaman Pangea, yang disebut pegunungan “Hercynian”. Pegunungan ini muncul di sepanjang benua Pangea, dimulai dari apa yang sekarang dikenal dengan Appalachian, melalui Irlandia, Selatan-Barat Inggris, Paris dan Alpen hingga ke Jerman dan lebih lanjut ke arah Timur.
“Pembentukan pegunungan ini dapat berarti bahwa pelapukan batuan terus berlanjut. Lereng curam dari pegunungan Hercynian menghasilkan erosi fisik. Erosi fisik yang terjadi di dalam lingkungan khatulistiwa yang lembab ini menyebabkan pelapukan batuan dan menghilangkan CO2 dari atmosfer,” kata ketua tim peneliti, Dr. Yves Godderis (CNRS, Toulouse, Perancis), seperti dilansir laman Eurekalert (11/6/2014).
“Kami percaya bahwa hal inilah yang menyebabkan penurunan dramatis tingkat CO2 di atmosfer bumi pada masa itu. Kami memperkirakan bahwa jika bukan karena pembentukan pegunungan Hercynian, tingkat CO2 di atmosfer akan mencapai tingkat sekitar 25 kali masa pra-industri. Hal ini berarti bahwa tingkat CO2 akan mencapai sekitar 7000 ppm (parts per million). Jika dibawa ke dalam konteks masa kini, tingkat CO2 di atmosfer saat ini sekitar 400 ppm, jadi kita akan mengalami kenaikan tingkat CO2 sekitar 17 kali dari tingkat yang ada saat ini. Jelas hal tersebut akan memiliki dampak yang parah pada lingkungan waktu itu. Akan tetapi, pembentukan pegunungan pada kenyataannya memberikan kontribusi terhadap penurunan terbesar CO2 di atmosfer selama 500 juta tahun terakhir,” Godderis melanjutkan.
Tim peneliti percaya bahwa bahkan jika gunung tidak terbentuk dan tingkat CO2 meningkat tajam, hal ini tidak akan menyebabkan efek rumah kaca seperti yang terjadi pada Venus, karena suhu yang meningkat akan menyebabkan tingginya proses pelapukan batuan. Panas akan mengkompensasi kelangkaan air dan pelapukan batuan akan menghilangkan CO2 dari atmosfer, sehingga menghentikan peningkatan suhu.
“Jadi pada dasarnya bumi akan mengoreksi dirinya sendiri,” kata Dr. Godderis, “tetapi tidak ada keraguan bahwa proses ini akan membuat suhu bumi menjadi sangat tinggi untuk waktu yang sangat lama. Dunia akan terlihat sangat berbeda hari ini jika pegunungan Hercynian tidak terbentuk,” lanjut dia.
“Penelitian ini merupakan model baru yang menjelaskan beberapa peristiwa di dalam masa 80 juta tahun setelah awal periode Carboniferous. Tentu saja ide-ide ini perlu dikonfirmasi, sebelum kita dapat yakin bahwa model tersebut benar-benar akurat. Pesan yang dapat dibawa pulang adalah faktor yang mempengaruhi CO2 di atmosfer selama waktu periode geologi merupakan hal yang kompleks dan pemahaman kita mengenai hal tersebut masih berkembang,” pungkas Godderis.