Bhataramedia.com – Para ilmuwan dari Duke Medicine telah menemukan antibiotik dosis tunggal baru yang mampu melawan infeksi kulit yang susah disembuhkan, seperti infeksi oleh methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Antibiotik dosis tunggal tersebut memiliki efektivitas yang sama dengan pemberian infus dua kali sehari selama 10 hari.
Para peneliti mengatakan obat baru yang disebut oritavancin ini memiliki potensi untuk mengurangi faktor yang mendorong terjadinya resistensi antibiotik. Faktor tersebut biasanya kecenderungan bagi pasien untuk berhenti minum antibiotik setelah mereka merasa lebih baik. Akibatnya, bakteri yang masih hidup dapat menjadi kebal terhadap obat yang dirancang untuk melawan mereka.
“Aktivitas yang berkepanjangan merupakan ciri khas dari oritavancin,” kata Ralph G. Corey, MD, penulis utama penelitian yang diterbitkan 5 Juni 2014, di New England Journal of Medicine (NEJM). “Obat ini memiliki waktu paruh yang panjang, sehingga memungkinkan untuk pengobatan dosis tunggal,” tambah Corey.
Corey, seorang profesor kedokteran dan penyakit menular di Duke University School of Medicine, telah memimpin studi selama tiga tahun mengenai oritavancin yang mencakup dua uji klinis besar dan melibatkan hampir 2.000 pasien. Temuan dari uji coba tersebut akan dipresentasikan kepada Food and Drug Administration sebagai bagian dari permohonan persetujuan obat.
Hasil penelitian ini merupakan yang pertama kali melibatkan dua uji klinis yang melibatkan 475 pasien secara acak yang mengkonsumsi oritavancin dan 479 pasien yang mengkonsumsi vankomisin, termasuk dua infus sehari selama tujuh sampai 10 hari.
Para peneliti menemukan bahwa dosis tunggal intravena oritavancin sama efektifnya dengan vankomisin di dalam menyusutkan ukuran lesi (luka) dan mengurangi demam. Keduanya juga memiliki tingkat yang sama untuk digunakan pada seseorang yang memerlukan antibiotik dengan segera.
Antibiotik baru ini (oritavancin) juga memiliki kinerja yang sama dengan vankomisin di dalam mengurangi daerah luka sebesar 20 persen atau lebih selama 48-72 jam pertama pengobatan. Selain itu, oritavancin juga mampu menyembuhkan pasien dari infeksi, termasuk pasien yang terinfeksi MRSA.
“Menggunakan obat dosis tunggal berpotensi mencegah rawat inap atau mengurangi jumlah waktu yang akan dihabiskan oleh pasien di rumah sakit,” kata Corey, seperti dilansir dari rilis berita Duke Medicine (4/6/2014).
Studi ini didanai oleh The Medicines Company. Perusahaan ini memiliki hak paten dan berusaha untuk memasarkan oritavancin. Corey adalah konsultan yang dibayar oleh The Medicines Company dan pemimpin penelitian percobaan yang bernama SOLO (studi oritavancin selama tiga tahun).
Referensi Jurnal :
G. Ralph Corey, Heidi Kabler, Purvi Mehra, Sandeep Gupta, J. Scott Overcash, Ashwin Porwal, Philip Giordano, Christopher Lucasti, Antonio Perez, Samantha Good, Hai Jiang, Greg Moeck, William O’Riordan. Single-Dose Oritavancin in the Treatment of Acute Bacterial Skin Infections. New England Journal of Medicine, 2014; 370 (23): 2180 DOI: 10.1056/NEJMoa1310422.