Pendorong Keanekaragaman Hayati Burung di Daerah Neotropik Berhasil Diidentifikasi

burung tukan

Bhataramedia.com – Tim peneliti internasional ingin mencoba menjelaskan bagaimana begitu banyak spesies burung yang menghuni daerah Neotropik. Daerah Neotropik adalah daerah yang kaya akan hutan hujan yang membentang dari Meksiko hingga ujung selatan Amerika Selatan. Penelitian baru yang dipublikasikan di jurnal Nature ini, menunjukkan bahwa tidak seperti yan dipikirkan sebelumnya, spesiasi burung tropis tidak secara langsung terkait dengan perubahan geologi dan iklim, tetapi didorong oleh pergerakan burung di seluruh hambatan fisik seperti gunung dan sungai yang sudah terbentuk lama.

“Zona Neotropik memiliki lebih banyak spesies burung dibanding daerah lain di Bumi,” kata Brian Smith, penulis utama publikasi dan asisten kurator di American Museum of Natural History yang memulai pekerjaan ini sebagai peneliti postdoktoral di Louisiana State University. “Pertanyaan yang masih belum terjawab adalah bagaimana keanekaragaman burung luar biasa tersebut berasal?,” ungkap Brian.

Di dalam zona Neotropik, spesiasi burung (proses terbentuknya spesies baru) biasanya terkait dengan perubahan lanskap bumi dari waktu ke waktu. Ketika sungai berubah haluan, gunung naik dan benua bergeser, populasi yang tadinya satu dapat terbagi menjadi dua atau lebih populasi kecil, yang akhirnya menjadi spesies yang berbeda. Namun, model alternatif mengenai spesiasi burung di daerah Neotropikal terhadap pergerakan hewan melintasi hambatan geografis, belum tentu terkait dengan perubahan lanskap.

Untuk menguji dua model tersebut, para ilmuwan membandingkan pola genetik di antara beragam garis keturunan burung yang ada di daerah Neotropik. Dari masing-masing 27 garis keturunan yang dianalisis, terdapat populasi yang terletak di sisi berlawanan dari hambatan fisik yang besar. Melalui data genetik, para ilmuwan juga mampu untuk memperkirakan waktu kapan populasi tersebut menjadi terisolasi dari satu sama lain. Mereka menemukan bahwa kebanyakan spesiasi terjadi di periode Pleistocene, yang dimulai sekitar 2,6 juta tahun yang lalu, lama setelah terbentuknya Pegunungan Andes dan sistem sungai Amazon. Dengan model ini, garis keturunan burung yang lama mendiami suatu lanskap memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk bergerak di seluruh hambatan geografis dan berdiversifikasi.

“Hal ini kemungkinan hanya dapat terjadi pada burung, dimana pengambilan sampel genetik dapat digunakan untuk memeriksa bagaimana interaksi antara lanskap dan populasi alami burung mempengaruhi proses spesiasi,” kata profesor dari Louisiana State University, Robb Brumfield, peneliti utama pada proyek tersebut.

“Ribuan sampel yang digunakan di dalam penelitian tersebut merupakan puncak dari lebih dari 30 tahun ekspedisi lapangan yang dipimpin oleh siswa dan ilmuwan LSU selama beberapa generasi, ditambah penelitian serupa yang dilakukan oleh Ahli Ornitologi di lembaga penelitian lainnya. Penelitian biologis seperti ini tak ternilai harganya,” kata Robb, seperti dilansir American Museum of Natural History (10/9/2014).

Referensi :

Brian Tilston Smith, John E. McCormack, Andrés M. Cuervo, Michael. J. Hickerson, Alexandre Aleixo, Carlos Daniel Cadena, Jorge Pérez-Emán, Curtis W. Burney, Xiaoou Xie, Michael G. Harvey, Brant C. Faircloth, Travis C. Glenn, Elizabeth P. Derryberry, Jesse Prejean, Samantha Fields, Robb T. Brumfield. The drivers of tropical speciation. Nature, 2014; DOI: 10.1038/nature13687.

You May Also Like