Bhataramedia.com – Seperti yang santer diberitakan, Gunung Agung di Bali yang sempat berstatus IV Awas, benar-benar meletus beberapa waktu yang lalu. Akibat erupsi tersebut ratusan ribu orang di evakuasi dari radius lokasi terdampak. Awan panas bersuhu tinggi membumbung ke angkasa setinggi 1,5 kilometer. Aliran lava mengalir sepanjang lereng gunung sementara abu terlontar ke atmosfir bahkan hingga strastosfir.
Tiupan awan panas serta abu vulkanis erupsi gunung merapi membawa dampak serius pada kehidupan manusia. Semburan abu tebal tidak hanya mengganggu penerbangan maupun sektor pariwisata, namun juga mengganggu aktivitas pertanian. Tanaman pertanian hangus karena tiupan awan panas sementara abu vulkanis menimbun area pertanian membuat pepohonan menjadi rusak. Namun begitu abu vulkanis tersebut dapat menciptakan lahan subur untuk jangka panjang.
Dari seluruh luas daratan di bumi, luas tanah vulkanis sebenarnya hanya sekitar 1 persen. Namun begitu tanah vulkanis mampu menghidupi lebih dari 10 persen populasi dunia.Wajar jika kawasan vulkanis memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi. Jadi letusan gunung api dilihat dari sisi sains ternyata juga memberi dampak positif bagi kehidupan manusia.
Keterkaitan Letusan Gunung api dan Kepadatan Penduduk
Secara berturut-turut dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia mengalami bencana gunung meletus di sejumlah lokasi. Gunung Merapi di Jawa Tengah tahun 2010, Gunung Sinabung di Sumatera Utara dari tahun 2014 hingga saat ini masih berstatus siaga, dan Gunung Kelud di Jawa Timur tahun 2014, adalah contoh rentetan erupsi gunung merapi yang kerap terjadi di Indonesia.
Kembali pada peristiwa letusan gunung api dari dari sisi sains, meskipun gunung api menyimpan banyak bahaya, namun wilayah yang memiliki aktivitas vulkanis terkenal sebagai wilayah pertanian paling subur. Menurut pakar vulkanologi, tanah vulkanis dari erupsi gunung berapi mengandung nutrisi, contohnya potassium dan fosfor yang baik untuk tanaman.
Wilayah yang dekat dengan Gunung Merapi mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi karena lahan pertanian mereka berasal dari abu vulkanik. Itulah mengapa Pulau Jawa memiliki kepadatan penduduk mencapai lebih dari 1.100 jiwa per kilometer persegi.
Pupuk Subur dari Abu Vulkanis
Abu vulkanis atau istilah ilmiahnya Tephra memiliki kandungan mineral primer dengan banyak unsur hara. Seiring berjalannya waktu, abu vulkanis mengalami pelapukan kimia dan mengeluarkan unsur hara. Area permukaan butiran abu tersebut akan membesar sehingga mampu menampung air dan nutrient lebih banyak. Disamping itu Tephra sanggup menyerap zat karbon dari atmosfir untuk kemudian menyimpannya di tanah dalam jumlah besar.
Satu contoh, pada Januari 2014 silam Gunung Sinabung mengalami erupsi dan menyemburkan aliran piroklastik serta hujan lumpur. Ketebalan abu vulkanik menutup seluruh desa di kaki gunung. Konon abu vulkanik tersebut kaya akan unsur hara dimana didalamnya terdapat potassium, fosfat, magnesium dan kalsium dalam jumlah yang sangat besar. Semua wilayah disekitar Gunung Sinabung menerima setidaknya 250 juta ton abu vulkanik yang setara dengan pupuk seberat 10 juta ton.
Saat ini tanah vulkanis di sekitar Sinabung sudah ditumbuhi lumut bahkan rumput. Hal ini menandakan bahwa kesuburan tanah di wilayah tersebut sudah mencapai puncaknya, dimana seluruh area menampung zat organik cukup substansial dengan kandungan karbon organik sebesar 4 persen.
Memang benar, letusan gunung api dilihat dari sisi sains cukup berbahaya. Namun dibalik itu, abu vulkanik dari erupsi gunung berapi mampu menciptakan area pertanian yang sangat subur, meskipun butuh waktu yang cukup lama bagi abu vulkanik tersebut untuk melapuk.