Bhataramedia.com – Indonesia dikenal memiliki warisan budaya agung, salah satunya senjata tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat yang dikenal dengan nama kujang. Menurut masyarakat Sunda, Nama dan bentuk kujang terinspirasi dari binatang yang bertanduk panjang, lincah dan gesit bernama kijang atau kidang. Kelebihan yang dimiliki oleh kijang ini membuatnya tangguh dan ditakuti oleh binatang lainnya. Sehingga kijang bisa bertahan hidup dari gangguan binatang buas. Apa saja fakta unik yang tersimpan dari senjata khas Sunda ini?
1. Berdasarkan ragam dan bentuknya senjata kujang terdapat 6 macam. Terdiri dari Kujang Badak karena bentuknya mirip badak, Kujang Naga yang mirip ular naga, Kujang Kuntul yang mirip burung kuntul, Kujang Jago yang mirip ayam jago dan Kujang Ciung yang mirip burung ciung.
2. Berdasarkan fungsinya senjata kujang terdapat 4 macam. Terdiri dari Kujang Pamangkas yang biasa dipakai dalam dunia pertanian guna menebang tumbuhan, Kujang Pangarak yang berfungsi dalam upacara adat, Kujang Pakarang yang biasa dipakai dalam peperangan dan Kujang Pusaka sebagai perlambang tahta raja dan punggawa kerajaan.
3. Struktur kujang disusun dari 12 unsur yang membuatnya sangat lengkap. Bagian tersebut terdiri dari,
a. Congo atau papatuk yang didesain dengan ujung runcing sehingga berfungsi untuk mencungkil.
b. Siih atau eluk berupa lekukan tubuh kujang yang berfungsi untuk melukai badan lawan.
c. Waruga atau bisa disebut wilahan atau badan kujang.
d. Mata berupa lubang kecil yang ditemukan di waruga dengan jumlah sekitar 5 sampai 9 lubang. Selain itu dikenal juga kujang buta karena tidak ditemukan mata pada waruga.
e. Tonggong yang merupakan bagian tajam dari punggung kujang.
f. Tadah berupa sisi bawah perut kujang dengan bentuk lengkungan kecil.
g. Paksi merupakan bentuk lancip dari ekor kujang.
h. Selut yang merupakan ring yang terpasang di bagian ujung pegangan kujang.
i. Combong berupa lubang pada bagian gagang kujang.
j. Landaian atau ganja dengan desain runcing dengan arah ujung kujang.
k. Sarung Kujang atau Kowak yang biasanya terbuat dari kayu samida. Pemilihan kayu ini karena memmounyai bau khas dan bisa meningkatkan kekuatan magis dari kujang.
l. Bentuk pamor dengan sulangkar atau garis-garis dan tutul atau bintik-bintik. Pamor ini tersemat indah di bagian atas dari waruga kujang. Tutul atau sulangkar di waruga kuja memiliki fungsi seni sekaligus penyimpan racun.
4. Guru Teupa adalah sebutan bagi ahli pembuat kujang. Profesi ini ditemukan saat kejayaan kerajaan Pajajaran.
5. Peraturan khusus harus dilakukan guru teupa supaya menghasilkan kujang yang sempurna. Peraturan itu misalnya berkaitan dengan waktu tepat pembuatan kujang biasanya berkaitan dengan kemunculan bintang di atas langit, guru teupa harus berpuasa sehingga selalu dalam keadaan suci dan pembuat kujang harus sakti mandraguna sehingga kujang yang dibuatnya mempunyai kekuatan magis. Kekuatan magis yang ditanamkan pada sebilah kujang adalah kekuatan gaib yang memiliki sifat baik bahkan buruk. Kekuatan baik didatangkan dari roh leluhur, sedangkan kekuatan jahat didatangkan dari roh hewan seperti siluman, ular, harimau dan sebagainya.
6. Pada masa kerajaan Pajajaran, pemilik kujang berkaitan erat dengan status sosialnya. Kujang hanya boleh dimiliki oleh raja, pangeran, punggawa kerajaan dan golongan agamawan. Sedangkan rakyat jelata hanya boleh memiliki kujang jenis pamangkas yang biasa digunakan dalam pertanian.
7. Dalam sebilah kujang mengandung keindahan seni, nilai ketelitian dan nilai ketekunan.