Bhataramedia.com – Para ilmuwan dari German Primate Center (DPZ), University of Kentucky, American Duke Lemur Center dan Université d’Antananarivo di Madagaskar telah mendeskripsikan tiga spesies lemur tikus baru. Mereka tinggal di Selatan dan Timur Madagaskar dan meningkatkan jumlah spesies tikus lemur yang diketahui menjadi 24. Sekitar 20 tahun yang lalu, hanya ada dua spesies yang dari primata nokturnal tersebut. Metode genetik baru dan ekspedisi ke daerah terpencil telah membuat penemuan spesies lemur tikus baru menjadi mungkin.
Lemur tikus merupakan primata nokturnal berukuran kecil, yang hanya ditemukan di Madagaskar. Selain itu, mereka semua terlihat sangat mirip dengan bulu coklat dan mata yang besar. Spesies yang berbeda dapat dibedakan dengan akurat hanya melalui metode genetik. Namun, seberapa besar perbedaan antara dua populasi sehingga harus didefinisikan sebagai spesies baru, merupakan sumber diskusi yang terjadi terus menerus.
“Dengan menggunakan metode baru, yang bertujuan untuk menilai perbedaan genetik antara individu, kami mampu menemukan bukti independen bahwa tiga lemur tikus ini mewakili spesies baru,” kata Peter Kappeler, Kepala Behavioral Ecology and Sociobiology Unit di German Primate Center.
Selain itu, hasil analisis mengkonfirmasi status dari 21 spesies yang dideskripsikan sebelumnya. “Teknik genetik yang kami gunakan dapat memfasilitasi identifikasi spesies, selain itu juga memberikan kontribusi untuk deskripsi baru lebih lanjut pada kelompok hewan lainnya,” kata Peter Kappeler, seperti dilansir German Primate Center (15/04/2016).
Sekitar tiga tahun yang lalu, kelompok penelitian yang sama telah mendeskripsikan dua spesies tikus lemur baru. Dari semua spesies lemur tikus, Madame Berthe (Microcebus berthae) dengan berat 30 gram merupakan primata terkecil di dunia. Para ilmuwan dari German Primate Center menemukannya pada tahun 1993. Selain peningkatan metode analisis, ekspedisi ke hutan terpencil dan sulit dijangkau berkontribusi terhadap fakta bahwa keragaman lemur tikus menjadi lebih dikenal.
“Agar dapat mengetahui wilayah distribusi yang tepat dari spesies individu, kami perlu mengidentifikasi kawasan lindung yang berfungsi,” kata Peter Kappeler. “Selain itu, informasi baru ini merupakan elemen penting menuju pemahaman yang lebih baik mengena bagaimana keanekaragaman hayati di Madagaskar muncul.”
Lemur tikus Ganzhorn (Microcebus ganzhorni) mendapatkan namanya dari Profesor ekologi Jörg Ganzhorn dari Hamburg University, yang telah terlibat dalam penelitian dan perlindungan lemur selama beberapa dekade. Ganzhorn merupakan ilmuwan yang memprakarsai penelitian lapangan German Primate Center di Madagaskar pada tahun 1990-an. Sedangkan di bagian tenggara dari Madagaskar, Microcebus manitatra dapat ditemukan, yang namanya melambangkan perluasan jangkauan subkelompok dari Madagaskar Barat. Anggota ketiga, Microcebus Boraha, dinamai berdasarkan lokasinya di Pulau Sainte Marie (di Malagasi Nosy Boraha).
Menurut “Daftar Merah” dari IUCN, lebih dari 100 spesies lemur yang diketahui terancam punah dan merupakan kelompok yang paling terancam di dunia mamalia. Deforestasi dan berburu adalah ancaman utama terhadap lemur di salah satu negara termiskin di dunia tersebut.
Referensi Jurnal :
Scott Hotaling, Mary E. Foley, Nicolette M. Lawrence, Jose Bocanegra, Marina B. Blanco, Rodin Rasoloarison, Peter M. Kappeler, Meredith A. Barrett, Anne D. Yoder, David W. Weisrock. Species discovery and validation in a cryptic radiation of endangered primates: coalescent-based species delimitation in Madagascar’s mouse lemurs. Molecular Ecology, 2016; DOI: 10.1111/mec.13604.