Bhataramedia.com – Studi yang diterbitkan di Nature Geoscience menunjukkan bahwa polusi udara memiliki dampak yang signifikan pada jumlah air yang mengalir di sejumlah besar sungai di belahan bumi utara.
Makalah studi ini menunjukkan bagaimana polusi tersebut, yang dikenal sebagai aerosol, dapat berdampak pada lingkungan alami dan menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam penilaian perubahan iklim di masa depan.
Hasil penelitian ini diperoleh berkat adanya kolaborasi antara ilmuwan di Met Office, Centre for Ecology and Hydrology, University of Reading, Laboratoire de Météorologie Dynamique in France, dan University of Exeter.
Nicola Gedney, dari Met Office yang juga penulis utama studi ini, mengatakan, “Kami mendeteksi dampak peredupan sinar matahari terhadap peningkatan aliran sungai di sepanjang daerah ekstra tropis sebelah utara industri berat. Kami memperkirakan bahwa, pada basin paling tercemar Eropa tengah, efek ini menyebabkan peningkatan aliran sungai hingga 25% ketika tingkat aerosol berada di puncaknya, yaitu sekitar 1980. Dengan adanya kekurangan air yang mungkin menjadi salah satu dampak terbesar dari perubahan iklim di masa depan, maka temuan ini penting dalam membuat proyeksi untuk masa depan. ” Tambahnya, seperti dilansir University of Exeter (6/10/2014).
Sebelumnya, hasil studi sudah menetapkan bahwa peningkatan pembakaran batubara sulfit hingga akhir 1970-an telah menyebabkan penambahan aerosol di atmosfer. Hal ini bersifat reflektif dan oleh karena itu mengurangi jumlah sinar matahari yang mencapai permukaan bumi, dimana efek yang dikenal sebagai ‘peredupan surya’.
Peredupan ini mulai berangsur berkurang di Eropa dan Amerika Utara dengan adanya pengenalan undang-undang udara bersih dan pilihan yang luas untuk bahan bakar bersih.
Pada studi baru ini, para peneliti menemukan bahwa peredupan surya telah meningkatkan aliran sungai relatif dengan yang diperkirakan dari meteorologi permukaan, hal ini sebagai akibat dari berkurangnya jumlah sinar matahari yang mempengaruhi laju penguapan dari permukaan bumi. Ketika peredupan mulai berangsur normal, penurunan arus sungai kembali teramati.
Chris Huntingford, salah peneliti dari Centre for Ecology and Hydrology, mengatakan: “Penelitian ini melibatkan menggunakan teknik deteksi dan atribusi yang mampu menunjukkan hubungan antara aerosol dan perubahan arus sungai. Studi seperti ini biasanya melibatkan melihat bagaimana faktor yang berbeda dapat mempengaruhi suhu, tetapi di sini kita sudah bisa mengatribusi pengaruh buatan manusia ini terhadap dampak lingkungan.”
Penelitian ini juga menguji untuk efek deforestasi dan karbondioksida terhadap peningkatan aliran sungai.
“Selain itu kami menemukan indikasi lebih lanjut bahwa kenaikan karbondioksida mungkin memiliki efek meningkatkan arus sungai, yaitu dengan mengurangi pelepasan air dari tanaman,” kata Peter Cox dari University of Exeter.