Bhataramedia. com – Sekitar 12.000 cedera tulang belakang (CTB) terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, sebagian disebabkan oleh kecelakaan mobil, jatuh, kecelakaan olahraga dan luka tembak. Perawatan darurat dan terapi yang lebih baik telah membuat CTB dapat dikelola, namun para peneliti terus menyelidiki pendekatan untuk membuatnya dapat diperbaiki.
Studi baru di Journal of Neurophysiology melaporkan bahwa terapi stimulasi saraf perifer dapat membalikkan CTB yang terkait kerusakan saraf, serta berpotensi meningkatkan manfaat perawatan rehabilitasi saat ini dan yang akan datang.
Otot berkontraksi ketika saraf yang mengendalikannya diaktifkan oleh impuls listrik dari otak. Otak kehilangan kontrol terhadap otot setelah CTB, karena saraf yang terluka tidak dapat diaktifkan dengan mudah atau sama sekali. Selain saraf di tulang belakang, saraf perifer (saraf yang menuju anggota tubuh) di bagian hilir dari situs cedera juga terganggu setelah CTB. Kondisi ini memperburuk atrofi otot dan komplikasi kesehatan lainnya yang mengikuti cedera.
Kerusakan saraf sekunder tersebut juga membatasi manfaat dari terapi rehabilitasi dan kemungkinan pemulihan spontan. Menurut para peneliti, mempertahankan fungsi saraf perifer setelah CTB dapat mengurangi komplikasi kesehatan dan menyebabkan hasil yang rehabilitasi lebih baik.
Pada studi baru ini, tim peneliti dari University of Sydney di Australia memeriksa apakah terapi stimulasi saraf jangka pendek yang intensif dapat meningkatkan fungsi saraf perifer setelah CTB.
Pasien dengan CTB menjalani 30 menit terapi stimulasi saraf listrik lima hari seminggu, selama enam minggu pada satu anggota tubuh. Anggota tubuh lainnya tetap tidak diobati sebagai kontrol. Semua subjek penelitian memulai terapi pada waktu enam bulan setelah cedera.
Pasien dengan CTB memiliki saraf kurang dapat dirangsang dengan perubahan tanggapan terhadap stimulasi listrik, menunjukkan disfungsi saraf. Setelah enam minggu terapi, saraf-saraf pada anggota tubuh yang di terapi, menanggapi rangsangan listrik seperti saraf pada subyek yang sehat. Fungsi saraf di anggota tubuh yang tidak diobati, tidak berubah selama periode enam minggu.
“Penelitian ini telah jelas menunjukkan bahwa enam minggu program stimulasi saraf perifer intensif, bermanfaat untuk meningkatkan parameter rangsangan saraf menuju kisaran normal,” tulis para peneliti. Selain itu, perbaikan akan bertahan jika pasien melanjutkannya dengan terapi stimulasi, kata para peneliti.
Menurut para peneliti, stimulasi saraf perifer jangka pendek kemungkinan menjadi pendekatan baru untuk mencegah perubahan jangka panjang pada fungsi saraf dan otot, serta meningkatkan hasil rehabilitasi. “Terapi yang membantu mempertahankan fungsi saraf perifer, seperti stimulasi saraf perifer yang digunakan dalam penelitian ini, perlu dimasukkan ke dalam program neuro-rehabilitasi utama di fase awal CTB,” tulis para peneliti, seperti dilansir American Physiological Society (01/07/2015).
Referensi Jurnal :
Michael Lee, Matthew C. Kiernan, Vaughan G. Macefield, Bonne B. Lee, Cindy S.-Y. Lin. Short-term peripheral nerve stimulation ameliorates axonal dysfunction after spinal cord injury. Journal of Neurophysiology, 2015; 113 (9): 3209 DOI: 10.1152/jn.00839.2014.