Tes Darah Sederhana untuk Diagnosis Kanker Dini

tes darah

Bhataramedia.com – Ilmuwan Inggris telah menemukan bahwa tingkat kalsium yang tinggi di dalam darah dapat digunakan oleh dokter sebagai indikasi awal kanker jenis tertentu. Temuan ini dapat digunakan untu mengembangkan tes darah baru untuk penyakit kanker.

Para peneliti dari Universitas Bristol dan Exeter mencatat bahwa kondisi yang disebut hiperkalsemia adalah gangguan metabolisme paling umum yang terkait dengan kanker. Gangguan metabolisme ini terjadi pada 10-20 persen orang-orang penderita kanker. Studi baru tersebut merupakan yang pertama kali menunjukkan bahwa  diagnosis kanker dapat segera dilakukan di dalam perawatan primer.

Penelitian yang diterbitkan di British Journal of Cancer tersebut, didasarkan pada analisis catatan medis elektronik dari 54.000 pasien yang memiliki kadar kalsium dan jumlah dari mereka yang menerima diagnosis kanker.

“Keseluruhan studi sebelumnya mengenai hiperkalsemia dan kanker telah dilakukan dengan pasien yang telah didiagnosis dengan kanker, hiperkalsemia dipandang sebagai efek akhir dari kanker,” kata pemimpin peneliti, Fergus Hamilton, MD, dari Centre for Academic Primary Care di Bristol.

“Kami ingin melihat masalah tersebut dari perspektif yang berbeda dan mencari tahu apakah kadar kalsium yang tinggi di dalam darah dapat digunakan sebagai indikator kanker awal dan di dalam diagnosis kanker,” lanjut dia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada pria, 81 persen dari kanker yang berhubungan dengan hiperkalsemia disebabkan oleh kanker paru-paru, prostat, myeloma, kolorektal dan jenis kanker lainnya. Sedangkan pada wanita, kondisi ini jarang terjadi.

 “Kami terkejut oleh perbedaan jenis kelamin. Ada beberapa kemungkinan penjelasan untuk ini tapi kami pikir hal tersebut kemungkinan karena wanita lebih mungkin untuk memiliki hiperparatiroidisme, penyebab lain dari hiperkalsemia. Pria jarang mendapatkan kondisi ini, sehingga hiperkalsemia mereka lebih cenderung disebabkan oleh kanker,” jelas Dr. Hamilton, seperti dilansir University of Bristol (25/9/2014).

You May Also Like