Peran Zinc untuk Suksesnya Pemberian ASI

menyusui, tikus
menyusui, tikus
Shannon Kelleher, profesor fisiologi seluler dan molekuler di Penn State dan rekan-rekannya menemukan bahwa tikus yang tidak memiliki transporter zinc ZnT2, mengalami penurunan pengembangan kelenjar susu dan cacat parah pada fungsi selama menyusui.(Credit: Patrick Mansell, Penn State)

Bhataramedia.com – Menurut para peneliti kesehatan, zinc berperan penting dalam kemampuan wanita untuk berhasil menyusui anaknya.

Sudah lama diketahui bahwa zinc, ‘trace element’ penting, akan diteruskan ke bayi melalui ASI ibu. Tingkat zinc dalam susu ibu dan efek defisiensi zinc pada bayi sebelumnya telah dipelajari. Namun, peran zinc dalam perkembangan payudara dan fungsi pada ibu menyusui adalah daerah penelitian yang relatif baru.

Protein ZnT2 mengangkut zinc dalam jaringan tertentu tubuh, termasuk kelenjar susu. Shannon L. Kelleher dan rekannya sebelumnya telah menemukan bahwa beberapa wanita memiliki mutasi pada ZnT2, dan bahwa ketika protein tidak berfungsi dengan benar, ASI akan memiliki jumlah zinc yang sangat rendah, sehingga dapat menyebabkan defisiensi zinc yang parah pada bayi yang diberi ASI eksklusif. Penelitian terbaru mereka pada tikus menunjukkan bahwa mutasi ZnT2 juga dapat menyebabkan kekurangan lainnya dalam ASI dan dapat menciptakan kesulitan untuk menyusui secara normal.

“Temuan ini akan mengubah paradigma,” kata Kelleher, profesor fisiologi seluler dan molekuler, Penn State College of Medicine. “Hal ini tidak lagi hanya sekitar mengangkut zinc ke dalam susu, tetapi juga tentang komposisi susu dan produksi susu.”

Para peneliti mempelajari fungsi ZnT2 dengan mengamati perkembangan kelenjar susu pada tikus, baik dengan ZnT2 yang berfungsi dan tidak berfungsi. Mereka melaporkan hasil mereka dalam edisi terbaru Journal of Biological Chemistry. Kelompok tikus yang kekurangan ZnT2 menunjukkan penurunan pengembangan kelenjar susu dan cacat parah pada fungsi selama menyusui.

ZnT2 mengangkut zinc dengan mengimpornya ke vesikel (organel kecil di dalam sel) yang kemudian mengeluarkan zinc ke dalam ASI. Zinc juga diperlukan untuk memicu pertumbuhan kelenjar susu, sel-sel epitel susu dan jalur sekresi. Kelleher dan rekannya menemukan bahwa tanpa ZnT2 yang berfungsi, zinc terakumulasi dalam sitoplasma, sehingga menjadi racun bagi sel.

“Telah diyakini bahwa ‘payudara adalah yang terbaik,’ tetapi menyusui sulit dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa menyusui tidak naluriah, tetapi adalah perilaku yang dipelajari,” kata Kelleher.

“Kami percaya bahwa ada proses biologi di belakang beberapa masalah menyusui. Jika kita dapat mengidentifikasi wanita yang akan mengalami kesulitan dengan menyusui sementara mereka masih hamil (dengan mengidentifikasi mutasi pada protein ZnT2 mereka), maka kemungkinan kita dapat membantu mereka lebih baik mempersiapkan sebelum bayi lahir,” lanjut Kelleher, seperti dilansir Penn State (15/06/2015).

Jika zinc tidak diangkut oleh ZnT2, akan berdampak pada komposisi dan volume air susu. Para peneliti menemukan bahwa seiring dengan tingkat zinc yang tidak mencukupi dalam ASI, tikus tanpa ZnT2 telah secara signifikan mengurangi kandungan beta-kasein, lemak dan laktosa dalam air susu. Semua nutrisi ini penting untuk menjaga kesehatan bayi. Tikus-tikus ini juga dapat menghasilkan volume susu yang cukup untuk anak-anaknya.

“Kami benar-benar perlu untuk lebih memahami faktor-faktor biologis mengenai menyusui,” kata Kelleher. “Tujuh puluh lima persen dari ibu-ibu berniat menyusui ketika mereka meninggalkan rumah sakit. Enam bulan kemudian, hanya 14 persen yang masih eksklusif menyusui.”

Di masa depan, Kelleher berharap untuk mensekuensing gen yang mengkode ZnT2 pada wanita, untuk mengetahui bagaimana menyusui terpengaruh, serta bagaimana membantu ibu hamil dan menyusui yang memiliki mutasi ZnT2.

Referensi Jurnal :

Sooyeon Lee, Stephen R. Hennigar, Samina Alam, Keigo Nishida, Shannon L. Kelleher. Essential Role for Zinc Transporter 2 (ZnT2)-mediated Zinc Transport in Mammary Gland Development and Function during Lactation. Journal of Biological Chemistry, 2015; 290 (21): 13064 DOI: 10.1074/jbc.M115.637439.

You May Also Like