Bhataramedia.com – Pada artikel yang diterbitkan di jurnal Environment International, peneliti dari Inserm (Inserm Unit 1085 — IRSET, the Institute of Research in Environmental and Occupational Health, Rennes), bekerja sama dengan Laboratory for Developmental and Educational Psychology, LPDE (Rennes 2 University), memberikan bukti baru neurotoksisitas insektisida piretroid pada manusia. Pestisida jenis ini ditemukan di dalam berbagai macam produk dan kegunaan.
Peningkatan kadar urin dari dua metabolit piretroid (3-PBA dan cis-DBCA) pada anak dikaitkan dengan penurunan kinerja kognitif yang signifikan, pemahaman verbal pada khususnya dan memori kerja. Penelitian ini dilakukan pada hampir 300 pasangan ibu dan anak dari studi Pelagie (Brittany).
Paparan piretroid
Piretroid merupakan jenis insektisida yang banyak digunakan pada berbagai sektor : pertanian (berbagai tanaman pangan), hewan (antiparasitik) dan kebutuhan domestik (shampoo kutu, produk pembasmi nyamuk). Piretiroid melibatkan pemblokiran neurotransmisi pada serangga, sehingga menyebabkan kelumpuhan. Karena keberhasilannya dan relatif aman bagi manusia dan mamalia, insektisida ini telah menggantikan senyawa yang digunakan sebelumnya (organochorides, organofosfat, karbamat) yang dianggap lebih beracun.
Paparan piretroid pada anak-anak terjadi secara umum. Hal ini berbeda dengan paparan pada orang dewasa dewasa, karena anak-anak lebih dekat dengan debu permukaan tanah (yang menyimpan polutan), lebih sering melakukan kontak tangan ke mulut, menggunakan shampoo kutu, dll. Pada anak-anak, piretroid terutama diserap melalui sistem pencernaan, tetapi juga diserap melalui kulit. Piretroid dengan cepat dimetabolisme di hati dan terutama dieliminasi dalam urin sebagai metabolit dengan waktu 48 jam.
Mengingat unsur-unsur dan modus tindakan (neurotoksisitas) insektisida piretroid, para peneliti mengusulkan hipotesis mengenai pengaruh yang mungkin ditimbulkan pada sistem saraf dan perkembangan anak-anak.
Kontribusi dari studi Pelagie
Kehamilan juga merupakan periode penting dalam kehidupan untuk kesehatan anak di masa depan. Untuk alasan ini, para peneliti mempelajari studi Pelagie yang telah dilakukan antara tahun 2002 dan 2006. Studi ini memonitor 3.500 pasangan ibu dan anak. Studi ini secara bersamaan mempertimbangkan paparan insektisida piretroid selama kehidupan janin dan anak-anak.
Sebanyak 287 wanita dari studi Pelagie setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Mereka dipilih secara acak dan berhasil dihubungi pada hari ulang tahun keenam anak mereka.
Dua psikolog mengunjungi mereka di rumah. Satu psikolog menilau kinerja neurokognitif anak menggunakan skala WISC (verbal comprehension index, VCI dan working memory index, WMI). Psikolog lainnya, mengakarakterisasi lingkungan keluarga dan rangsangan yang kemungkinan memiliki peran pada perkembangan intelektual anak, mengumpulkan sampel urin dari anak dan mengumpulkan sampel debu.
Paparan insektisida piretroid diperkirakan dengan mengukur tingkat dari lima metabolit (3-PBA, 4-F-3-PBA, cis-DCCA, trans-DCCA dan cis-DBCA) dalam urin dari ibu (yang dikumpulkan antara 6 dan 19 minggu kehamilan) dan dari anak (dikumpulkan pada ulang tahunnya ke-6).
Penurunan terjadi pada kinerja kognitif anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar dari dua metabolit (3 PBA dan cis-DBCA) dalam urin anak-anak, dikaitkan dengan penurunan kinerja kognitif yang signifikan, sedangkan tidak ada hubungan yang diamati untuk tiga metabolit lainnya (4-F-3-PBA, cis -DCCA dan trans-DCCA). Sehubungan dengan konsentrasi metabolit selama kehamilan, tidak ada hubungan yang ditunjukkan dengan skor neurokognitif.
“Meskipun pengamatan ini harus memerlukan studi lebih lanjut untuk menarik kesimpulan yang pasti, penelitian ini telah menunjukkan pengaruh potensial dari dosis rendah deltamethrine secara khusus (karena metabolit cis-DBCA merupakan metabolit utamanya) dan insektisida piretroid pada umumnya (karena metabolit 3-BPA adalah produk degradasi dari sekitar dua puluh jenis insektisida ini),” jelas Cécile Chevrier, Inserm Research Fellow, penulis utama dari penelitian.
“Konsekuensi dari defisit kognitif pada anak-anak untuk kemampuan belajar dan pembangunan sosial mereka, merupakan kecacatan bagi individu dan masyarakat. Upaya penelitian perlu dikejar untuk mengidentifikasi penyebab yang dapat ditargetkan oleh langkah-langkah pencegahan,” saran Jean François Viel, rekan penulis penelitian, seperti dilansir INSERM (10/06/2015).
Referensi Jurnal :
Jean-François Viel, Charline Warembourg, Gaïd Le Maner-Idrissi, Agnès Lacroix, Gwendolina Limon, Florence Rouget, Christine Monfort, Gaël Durand, Sylvaine Cordier, Cécile Chevrier. Pyrethroid insecticide exposure and cognitive developmental disabilities in children: The PELAGIE mother–child cohort. Environment International, 2015; 82: 69 DOI: 10.1016/j.envint.2015.05.009.