Pencitraan Otak Bantu Turunkan Risiko Alzheimer

demensia alzheimer
demensia alzheimer
Ilustrasi.

Bhataramedia.com – Berbekal pengetahuan baru mengenai bagaimana penyakit neurodegeneratif mengubah struktur otak, semakin banyak ahli saraf, psikiater dan dokter yang mengadopsi pencitraan otak kuantitatif sebagai alat untuk mengukur dan membantu mengelola penurunan kognitif pada pasien. Temuan pencitraan ini dapat membantu memacu perubahan gaya hidup yang bermanfaat pada pasien untuk mengurangi risiko penyakit Alzheimer.

Konsep bahwa penurunan kognitif dapat diidentifikasi lebih awal dan dicegah dengan menerapkan teknik-teknik pencitraan otak kuantitatif adalah fokus dari of “Hot Topics in Research: Preventive Neuroradiology in Brain Aging and Cognitive Decline.” Penelitian ini merupakan ulasan ilmiah yang dipublikasikan secara online di American Journal of Neuroradiology (AJNR).

Penulis penelitian, Cyrus Raji, M.D., Ph.D., dari UCLA dan tim internasional menyarankan kerangka di mana neuroradiologis bekerja sebagai bagian dari tim ahli saraf klinis (ahli saraf, psikiater, neuropsikologis, dll) untuk menerapkan neuroradiologi kuantitatif terhadap pencegahan penurunan kognitif penurunan dari populasi yang berisiko tinggi untuk demensia. Mereka adalah orang-orang dengan gaya hidup, genetik dan faktor risiko lain yang terkait.

“Saya percaya neuroradiologi dan terutama teknologi MRI kuantitatif, akan memiliki dampak besar di masa depan untuk diagnosis dan pengobatan penyakit Alzheimer, karena ada bukti kuat untuk ukuran dasar dari hippocampus sebagai penentu utama dari risiko penurunan kognitif di masa mendatang. Selain itu, banyak faktor gaya hidup dapat menyebabkan atrofi atau ekspansi pada volume dari struktur otak yang kritis ini,” kata ahli saraf Majid Fotuhi, M.D., Ph.D., dari Johns Hopkins University.

Pekerjaan tersebut sudah terjadi di UCLA dan lembaga lain yang mengkombinasikan pendekatan ini pada cara-cara baru untuk meningkatkan perawatan pasien. “Kami bekerja sama dengan neuroradiologis untuk mendefinisikan kembali bagaimana kita dapat mengurangi risiko Alzheimer dengan neuroimaging kuantitatif yang membantu kita menentukan gejala-gejala terkait penyusutan volume pada otak dan untuk melacak intervensi berdasarkan gaya hidup kita,” kata Dr. David Merrill, seorang psikiater geriatrik di UCLA Medical Center.

“Kemajuan terbaru telah meningkatkan kemampuan untuk mengkarakterisasi penanda pencitraan di sepanjang lintasan penyakit Alzheimers, dimulai dari tahap pra-klinis. Penanda ini, termasuk struktural, fungsional dan pencitraan molekuler yang digunakan pada kriteria diagnostik penyakit alzheimer,” kata Howard Aizenstein, MD, Ph.D., seorang psikiater di University of Pittsburgh.

Fotuhi melihat temuan pencitraan ini sebagai motivator yang unik bagi pasien untuk membuat perubahan gaya hidup positif. “Pasien tampaknya menikmati meninjau hasil studi pencitraan mereka, lebih daripada membaca hasil tes darah mereka atau evaluasi klinis lainnya. Misalnya, mereka dapat melihat dengan mata mereka sendiri apakah ada stroke atau atrofi pada otak mereka. Hal ini dapat memiliki dampak yang kuat pada mereka dan tekad mereka untuk membuat perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kesehatan otak mereka,” tambahnya, seperti dilansir American Society of Neuroradiology (04/06/2015).

Di antara faktor-faktor gaya hidup dan risiko yang dapat diubah untuk mencegah penurunan kognitif adalah obesitas, diet, tidur, hipertensi, diabetes, depresi, suplemen, merokok dan aktivitas fisik. Diperkirakan bahwa sebanyak 3 juta kasus demensia Alzheimer di seluruh dunia dapat dicegah hanya dengan pengurangan 10% pada beban gaya hidup.

Referensi Jurnal :

C. A. Raji, H. Eyre, S. H. Wei, D. E. Bredesen, S. Moylan, M. Law, G. Small, P. M. Thompson, R. M. Friedlander, D. H. Silverman, B. T. Baune, T. A. Hoang, N. Salamon, A. W. Toga, M. W. Vernooij. Hot Topics in Research: Preventive Neuroradiology in Brain Aging and Cognitive Decline. American Journal of Neuroradiology, 2015; DOI: 10.3174/ajnr.A4409.

You May Also Like