diatom, Pseudo-nitzschia granii
Diatom Pseudo-Nitzschia granii, yang diisolasi dari Utara Samudera Pasifik mengandung protein proteorhodopsin. Protein ini membantu fitolankton untuk bertahan hidup. Setiap sel berukuran sekitar 60 mikron (panjang) dan 3 mikron (lebar).(Credit: Adrian Marchetti)

Protein yang Diidentifikasi Pada Fitoplankton Mengubah Percakapan Mengenai Perubahan Iklim

Diposting pada
diatom, Pseudo-nitzschia granii
Diatom Pseudo-Nitzschia granii, yang diisolasi dari Utara Samudera Pasifik mengandung protein proteorhodopsin. Protein ini membantu fitolankton untuk bertahan hidup. Setiap sel berukuran sekitar 60 mikron (panjang) dan 3 mikron (lebar).(Credit: Adrian Marchetti)

Bhataramedia.com – Keilmuan di balik perubahan iklim dan daur ulang karbon telah berhasil mengungkap tabir baru, ketika peneliti menemukan protein di dalam kelompok besar fitoplankton yang membuat mereka hidup di dalam lingkungan laut yang penuh tekanan.

Adrian Marchetti dan tim ahli oseanografi di University of North Carolina di Chapel Hill untuk pertama kalinya telah mengidentifikasi protein yang disebut proteorhodopsin. Protein ini memungkinkan kelompok besar fitoplankton untuk bertahan hidup di wilayah laut yang memiliki kandungan besi terbatas.

Temuan ini memiliki implikasi yang jauh dan luas, tidak hanya pada bagaimana para pembuat model lautan menentukan jumlah keseluruhan karbon dioksida yang diambil oleh lautan, tetapi berpotensi untuk menentukan kecepatan pemansan atmosfer bumi selama abad terakhir.

Fitoplankton adalah organisme kecil yang penting di dalam mengimbangi perubahan iklim karena mereka menjalani proses yang disebut fotosintesis. Pada proses fotosintesis, fitoplankton menyerap karbon dioksida di dalam jumlah cukup besar, sehingga mendinginkan lingkungan bumi yang mengalami pemanasan, sembari melepaskan banyak oksigen yang kita hirup. Namun, fotosintesis membutuhkan zat besi untuk terjadi. Jika terjadi keterbatasan zat besi di wilayah laut (dapat mencakup 40 persen wilayah lautan), sangat penting bagi fitoplankton menemukan cara untuk tetap hidup.

“Tanpa adanya protein proteorhodopsin yang dapat membantu fitoplankton untuk mengatasi keterbatasan kondisi lingkungan, keragaman fitoplankton di banyak daerah laut akan jauh lebih rendah. Apabila terjadi pengurangan jumlah fitoplankton besar seperti diatom, yang telah diketahui menyerap banyak karbon dioksida, ada kemungkinan pengurangan ini akan mempercepat laju pemanasan planet bumi, “kata Marchetti, asisten profesor ilmu kelautan di UNC-Chapel Hill.

Penelitian ini memiliki implikasi bagi para pembuat model laut untuk menentukan jumlah keseluruhan karbon dioksida yang diambil oleh lautan, yang biasanya dilakukan melalui pengukuran berbasis oksigen. Meskipun Marchetti dan timnya belum secara definitif mengetahui apakah protein ini benar-benar dapat menghasilkan penyerapan karbon dioksida pada fitoplankton yang disebut diatom, mereka tahu bahwa proteorhodopsin pada akhirnya akan menghasilkan oksigen, yang pada akhirnya dapat mengubah penyerapan karbon dioksida menjadi oksigen di wilayah lautan dengan keterbatasan zat besi.

“Penemuan ini telah mengubah beberapa ide lama mengenai bagaimana kita mengukur dan memahami siklus karbon di planet kita. Diatom tersebut mengajarkan kita banyak hal, mengenai keakuratan di dalam estimasi dan prediksi tentang pemanasan iklim,” kata Marchetti, seperti dilansir University of North Carolina at Chapel Hill (03/06/2015).

Referensi :

Adrian Marchetti, Dylan Catlett, Brian M Hopkinson, Kelsey Ellis, Nicolas Cassar. Marine diatom proteorhodopsins and their potential role in coping with low iron availability. The ISME Journal, 2015; DOI: 10.1038/ismej.2015.74.