Bhataramedia.com – Di Amerika Serikat, mandat federal untuk memproduksi bahan bakar terbarukan, terutama biofuel, telah menyebabkan perdebatan yang berkembang. Haruskah menumbuhkan bahan bakar atau makanan di tanah yang subur? Penelitian terbaru menunjukkan petani dapat berhasil menumbuhkan keduanya secara berkelanjutan.
Russ Gesch, seorang ahli fisiologi tanaman bersama dengan USDA Soil Conservation Research Lab di Morris, Minnesota, menemukan hasil yang menggembirakan ketika menumbuhkan Camelina sativa dengan kedelai di daerah Midwest.
Camelina adalah anggota dari keluarga moster (mustard) dan tanaman biofuel yang sedang naik daun. Tanaman ini juga cocok sebagai tanaman penutup di Midwest. “Menemukan setiap tanaman tahunan yang akan bertahan pada musim dingin di Midwest cukup sulit,” kata Gesch, “Tetapi camelina musim dingin melakukan hal itu dan memiliki musim tumbuh yang cukup singkat, sehingga memungkinkan petani untuk menanam tanaman kedua setelahnya selama musim panas.”
Selain itu, di Midwest bagian atas, tanah harus mempertahankan cukup air hujan untuk beberapa tanaman di dalam satu musim tanam. Gesch dan rekan-rekannya mengukur penggunaan air dari dua sistem menggunakan camelina dan kedelai. Mereka membandingkannya dengan ladang kedelai secara umum di Swan Lake Research Farm di dekat Morris, MN.
Pertama, peneliti mentanam camelina pada akhir September. Dari sana metode tumbuh dibedakan. Di dalam double-cropping, kedelai memasuki ladang setelah panen camelina pada bulan Juni atau Juli. Namun, pada saat menggunakan metode “relay-cropping” peneliti menumpang tindih waktu tanam tanaman. Kedelai tumbuh di antara deretan camelina pada bulan April atau Mei sebelum camelina matang dan berbunga.
Manfaat yang didapatkan sangat banyak. Relay-cropping menggunakan lebih sedikit air dibandingkan dual cropping. Tanaman camelina memiliki akar yang dangkal dan musim tumbuh yang pendek, yang berarti tanaman ini tidak menggunakan banyak air. “Tanaman penutup lain, seperti gandum, menggunakan lebih banyak air daripada camelina,” kata Gesch.
Penggunaan air ekstra selama metode dual-cropping berlangsung di musim semi. “Kami cenderung memiliki kelebihan kelembaban di tanah pada musim semi dari salju yang mencair,” kata Gesch. Menumbuhkan camelina sebagai tanaman penutup musim dingin dapat membantu petani memanfaatkan kelembaban ekstra di musim semi.
Gesch menunjukkan bahwa dengan kebutuhan air yang lebih banyak, dapat berarti camelina dual-cropping kemungkinan bukan pilihan terbaik di semua lahan. “Ketika Anda lebih jauh ke barat dan curah hujan menurun, dengan tanah lebih ringan yang memiliki kapasitas menahan air lebih rendah, hasil panen dapat mulai turun,” kata Gesch.
Menumbuhkan camelina sebagai tanaman penutup musim dingin juga dapat memiliki manfaat lain, menurut Gesch. “Kami memiliki hasil kedelai yang lebih besar dengan sistem relay-cropping daripada ketika menggunakan dual-cropping,” kata Gesch, berdasarkan referensi penelitian sebelumnya. Tanggal tanam yang lebih awal selama relay-cropping memungkinkan untuk musim tumbuh yang lebih panjang dan berkontribusi terhadap hasil yang lebih tinggi, menurut Gesch.
Selain itu, tanaman camelina berbunga di awal musim semi, sehingga menyediakan sumber makanan penting bagi serangga penyerbuk, seperti lebah, ketika hanya ada sedikit sumber makanan yang tersedia bagi mereka. Sebagai tanaman penutup, camelina juga dapat membantu mencegah erosi dan membangun kandungan karbon tanah. Gesch dan rekan-rekannya sedang bekerja untuk mengukur manfaat ekologi dari metode tersebut.
“Kami ingin menemukan tanaman alternatif yang dapat diintegrasikan ke dalam kedelai sistem tanam jagung / kedelai di Midwestern secara berkelanjutan, yang juga masuk akal secara ekonomi bagi petani,” kata Gesch, seperti dilansir American Society of Agronomy (29/05/2015).
Penelitian yang dilakukan Gesch baru-baru ini diterbitkan di Agronomy Journal.
Referensi :
Russ W. Gesch, Jane M.-F. Johnson. Water Use in Camelina–Soybean Dual Cropping Systems. Agronomy Journal, 2015; 107 (3): 1098 DOI: 10.2134/agronj14.0626.