Bhataramedia.com – Para ilmuwan telah menemukan cara untuk menumbuhkan kembali jaringan tulang menggunakan sinyal protein yang dihasilkan oleh sel-sel punca (stem cell). Teknologi ini dapat membantu mengobati korban yang mengalami trauma besar pada anggota tubuh, seperti tentara yang terluka di dalam pertempuran atau korban bencana alam. Metode baru ini meningkatkan terapi yang sebelumnya dengan menyediakan sumber berkelanjutan untuk jaringan segar dan mengurangi risiko pembentukan tumor yang dapat timbul dengan transplantasi sel punca.
Studi baru yang dipublikasikan di Scientific Reports tersebut, adalah yang pertama kalinya mengekstrak faktor pertumbuhan yang memproduksi tulang dari sel punca dan menunjukkan bahwa protein ini cukup untuk membuat tulang baru. Pendekatan berbasis sel punca atau stem cell, sama efektifnya dengan pengobatan standar saat ini, di dalam hal jumlah tulang yang dibuat.
“Bukti dari temuan ini menetapkan terapi pembentukan tulang baru yang memanfaatkan potensi regeneratif sel punca,” kata penulis senior, Todd McDevitt, Ph.D., seorang peneliti senior di Gladstone Institutes.
“Dengan teknik ini, kita dapat menghasilkan jaringan baru yang benar-benar diturunkan dari sel punca dan memiliki standar yang dibutuhkan untuk aplikasi,” lanjut dia.
Alih-alih menggunakan sel punca itu sendiri, para ilmuwan mengekstraksi protein yang disekresikan sel punca, seperti protein morfogenetik tulang (PMT), untuk memanfaatkan kekuatan regeneratif mereka. Untuk melakukannya, pertama-tama para peneliti memberi perlakuan sel punca dengan bahan kimia yang membantu “membujuk” mereka menjadi sel-sel tulang awal. Selanjutnya, para peneliti mengambil faktor penting yang dihasilkan oleh sel-sel tersebut, yang mengirimkan sinyal untuk menumbuhkan jaringan baru. Akhirnya, para peneliti mengirimkan protein ini ke dalam jaringan otot tikus untuk memfasilitasi pertumbuhan tulang baru.
Metode standar yang sudah ada saat ini, melibatkan proses penggilingan tulang tua untuk mengekstrak protein dan faktor pertumbuhan yang dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan tulang baru. Zat ini dijuluki demineralized bone matrix (DBM). Namun, pendekatan ini memiliki batasan karena bergantung pada tulang yang diambil dari mayat, yang dapat sangat bervariasi dari segi kualitas jaringan dan berapa banyak sinyal yang diperlukan masih dihasilkan. Selain itu, seperti masalah di dalam donasi organ, jaringan mayat tidak selalu tersedia.
“Keterbatasan tersebut memotivasi kebutuhan untuk sumber bahan yang lebih konsisten dan dapat di produksi kembali untuk regenerasi jaringan,” kata Dr. McDevitt, peneliti utama dan seorang profesor di Georgia Institute of Technology.
“Sebagai sumber daya terbarukan yang bersifat terukur dan konsisten di bidang manufaktur, sel-sel punca pluripoten merupakan solusi ideal,” kata Dr. McDevitt, seperti dilansir Gladstone Institutes (12/05/2015).
Referensi :
Ken Sutha, Zvi Schwartz, Yun Wang, Sharon Hyzy, Barbara D. Boyan, Todd C. McDevitt. Osteogenic Embryoid Body-Derived Material Induces Bone Formation In Vivo. Scientific Reports, 2015; 5: 9960 DOI: 10.1038/srep09960.