Bhataramedia.com – Seorang peneliti dari University of Pennsylvania telah mengidentifikasi spesies dinosaurus yang berkaitan erat dengan Velociraptor, dinosaurus yang sangat terkenal di film “Jurassic Park.” Spesies baru ini kemungkinan memiliki indera penciuman yang tajam, sehingga membuatnya menjadi predator tangguh.
Steven Jasinski merupakan penemu dari spesies baru ini. Dia merupakan seorang mahasiswa doktoral di School of Arts & Sciences Department of Earth and Environmental Science di Penn dan kurator paleontologi dan geologi di State Museum of Pennsylvania. Penemuannya terjadi secara tidak sengaja karena seblumnya disebenarnya menyelidiki spesimen yang sudah dikenal. Namun, hasil analisisnya menunjukkan bahwa fosil (bagian dari tengkorak dinosaurus) tersebut sebenarnya merupakan spesies baru, yang diberi nama oleh Jasinski dengan Saurornitholestes sullivani.
Jasinski melaporkan temuannya bulan ini di New Mexico Museum of Natural History and Science Bulletin.
Spesimen yang kira-kira berumur 75 juta tahun tersebut, ditemukan oleh ahli paleontologi Robert Sullivan di Bisti / De-Na-Zin Wilderness Area of New Mexico pada tahun 1999. Ketika pertama kali dideskripsikan, para ilmuwan percaya bahwa itu adalah anggota dari Saurornitholestes langstoni, spesies dinosaurus theropoda di dalam keluarga Dromaeosauridae yang telah ditemukan di Alberta, Kanada masa kini.
Namun, ketika Jasinski memulai analisis komparatif dari spesimen tersebut dengan spesimen S. langstoni lainnya, dia menemukan perbedaan yang hampir tidak terlihat. Khususnya, dia mengamati bahwa permukaan tengkorak yang berhubungan dengan “olfactory bulb” berukuran lebih besar. Temuan ini menunjukkan bahwa spesies dinosaurus baru ini memiliki indera penciuman yang kuat.
“Fitur tersebut membuat Saurornitholestes sullivani memiliki indera penciuman yang relatif lebih baik daripada dinosaurus dromaeosaurid lainnya, termasuk Velociraptor, Dromaeosaurus dan Bambiraptor,” kata Jasinski, seperti dilansir University of Pennsylvania (11/05/2015).
“Penciuman yang tajam ini kemungkinan membuat S. sullivani menjadi predator yang menakutkan,” lanjut dia.
S. sullivani berasal dari akhir zaman dinosaurus, atau Cretaceous Akhir, dan merupakan satu-satunya dromaeosaur yang dideskripsikan dari periode ini di Amerika Utara selatan dari Montana.
Pada saat S. sullivani hidup, Amerika Utara terpecah menjadi dua benua yang dipisahkan oleh laut pedalaman. Dinosaurus ini hidup di pantai barat di daerah yang disebut Laramidia.
Banyak dromaeosaurus, yang biasa disebut raptor, lebih banyak diketahui berasal dari daerah utara Laramidia, termasuk Alberta dan Montana. Namun, S. sullivani merupakan satu-satunya dromaeosaur bernama dari masa Cretaceous Akhir di Laramidia selatan.
S. sullivani berbagi dunia dengan berbagai dinosaurus lainnya. Dinosaurus pemakan tumbuhan seperti hadrosaurus Parasaurolophus walkeri dan Kritosaurus navajovius, dinosaurus bertanduk Pentaceratops sternbergii, pachycephalsaurus Stegoceras novomexicanum dan Sphaerotholus goodwini dan ankylosaurus Nodocephalosaurus kirtlandensis, serta Ziapelta sanjuanensis. Theropoda pemakan daging lainnya termasuk tyrannosaurus Bistahieversor sealeyi dan Daspletosaurus, bersama dengan ornithomimids yang mirip burung unta.
Meskipun merupakan spesies yang berbeda, S. sullivani tampaknya terkait erat dengan S. langstoni. Menemukan bahwa dua spesies merupakan spesies yang berbeda, menunjukkan bahwa ada perbedaan di antara dinosaurus bagian utara dan selatan Amerika Utara.
Dengan panjang sekitar 6 kaki, S. sullivani bukan dinosaurus besar. Namun, temuan sebelumnya dari spesies terkait menunjukkan bahwa hewan ini lincah dan cepat, kemungkinan berburu di dalam kelompok dan menggunakan penciumannya yang tajam untuk melacak mangsa.
“Meskipun tidak berukuran besar, Anda tidak dapat menganggap remeh dinosaurus ini,” kata Jasinski