Bhataramedia.com – Para peneliti Washington State University telah menemukan cara untuk membuat bahan bakar jet dari jamur hitam yang umum ditemukan pada daun yang membusuk, tanah dan buah busuk. Para peneliti berharap proses ini dapat mengarah ke produksi ekonomis dari biofuel untuk penerbangan pada lima tahun ke depan.
Para peneliti menggunakan Aspergillus carbonarius ITEM 5010 untuk membuat hidrokarbon, komponen utama dari minyak bumi, mirip dengan yang ada di bahan bakar untuk penerbangan.
Dipimpin oleh Birgitte Ahring, direktur dan profesor Bioproducts, Sciences and Engineering Laboratory di WSU Tri-cities, para peneliti menerbitkan karya mereka di jurnal Fungal Biology edisi April.
Jamur terebut menghasilkan hidrokarbon paling banyak pada media atau substrat oatmeal. Selain itu, media lain seperti jerami gandum atau sisa-sisa dari produksi jagung juga dapat digunakan. Jamur telah menarik perhatian selama sekitar satu dekade di dalam hal produksi biofuel, sebagai produsen utama enzim yang diperlukan untuk mengkonversi biomassa menjadi gula. Beberapa peneliti lebih lanjut menunjukkan bahwa jamur dapat membuat hidrokarbon. Namun, penelitian ini terbatas pada jamur tertentu yang hidup pada pohon tertentu di hutan hujan dan konsentrasi hidrokarbon yang sebenarnya tidak dilaporkan.
Sebelumnya, Ahring dan timnya telah berhasil menggunakan jamur Aspergillus standar untuk menghasilkan enzim dan produk berguna lainnya, yang telah dipatenkan dan sudah dikomersialisasi. Sehingga, mereka memutuskan untuk melihat potensi A. carbonarius ITEM 5010 untuk biofuel.
“Jamur adalah mikroorganisme yang kompleks dan tidak selalu mudah untuk diteliti. Jamur memiliki biologi kompleks yang sering kurang dipahami,” kata Ahring.
“Tidak banyak orang di dunia yang benar-benar melakukan hal ini. Bagian biologi molekuler dari jamur sangat rumit,” ungkap Ahring, seperti dilansir Washington State University (05/05/2015).
Para peneliti dibantu oleh Kenneth Bruno, seorang peneliti di US Department of Energy Pacific Northwest National Laboratory, yang mengembangkan metode penting untuk manipulasi genetik A. carbonarius. Penelitian ini menerima dana dari Danish Council for Strategic Research di bawah program untuk Energi dan Lingkungan Hidup.
Menggunakan jamur untuk produksi hidrokarbon dan biofuel lebih baik daripada metode lain karena jamur melakukan pekerjaannya sendiri. Penggunaan jamur dapat melewati beberapa proses kimia rumit yang dibutuhkan oleh metode produksi biofuel lainnya. Jamur juga memiliki potensi besar untuk membuat bahan bakar dengan biaya rendah, kata Ahring.
Dia menduga, jamur A. carbonarius menghasilkan hidrokarbon, senyawa besar yang sangat “mahal” untuk dihasilkan organisme ini sebagai mekanisme perlindungan. Kelompoknya menunjukkan bahwa jamur bereaksi terhadap serangan bakteri dengan meningkatkan produksi hidrokarbon.
Para peneliti sekarang bekerja untuk mengoptimalkan produksi hidrokarbon dari jamur dan meningkatkan jalur biokimia melalui rekayasa genetika. Mereka telah memperoleh mutan dengan tingkat produksi yang lebih tinggi dan bekerja pada peningkatan strain ini, dengan menggunakan gen coding untuk hidrokarbon tertentu dari bakteri dan alga hijau biru.
“Tantangan yang sama juga dihadapi oleh peneliti jamur lebih dari satu generasi yang lalu, yang hanya dapat menghasilkan sejumlah kecil produk dari jamur. Akhirnya, mereka berhasil mengoptimalkan produksi produk mereka, yang kemudian dikenal sebagai antibiotik,” kata Ahring.
“Temuan ini sangat menjanjikan. Saya berpikir bahwa bahan bakar berbasis jamur adalah sesuatu yang akan terjadi. Ini adalah kesempatan yang luar biasa,” katanya.
Referensi :
Malavika Sinha, Annette Sørensen, Aftab Ahamed, Birgitte Kiær Ahring. Production of hydrocarbons by Aspergillus carbonarius ITEM 5010. Fungal Biology, 2015; 119 (4): 274 DOI: 10.1016/j.funbio.2015.01.001.