Bhataramedia.com – Anak-anak yang lahir dari ibu yang mengalami kesulitan ekonomi, yang juga terpapar PAH (polycyclic aromatic hydrocarbons) di dalam jumlah tinggi selama kehamilan, memiliki tes IQ yang secara signifikan lebih rendah pada usia 5 tahun, bila dibandingkan dengan anak-anak yang lahir dari ibu dengan keamanan ekonomi yang lebih besar dan kurang terpapar polutan.
Temuan oleh para peneliti Columbia Center for Children’s Environmental Health (CCCEH) di Mailman School of Public Health tersebut, muncul di jurnal Neurotoxicology and Teratology.
PAH ada di mana-mana, polutan ini berasal dari emisi kendaraan bermotor, minyak dan batu bara untuk pemanasan rumah dan pembangkit listrik, asap rokok, serta sumber pembakaran lainnya.
Para peneliti mengikuti 276 pasangan ibu dan anak dari kehamilan hingga anak mencapai usia dini. Ibu melaporkan sendiri kesulitan ekonomi selama kehamilan dan pada beberapa titik waktu hingga anak mencapai anak usia dini. Kesulitan materi adalah ukuran yang digunakan untuk menilai kebutuhan dasar yang belum terpenuhi individu berkenaan dengan makanan, pakaian dan perumahan. Para peneliti Columbia, dipimpin oleh Frederica Perera, Ph.D., DrPH, direktur CCCEH, sebelumnya melaporkan bahwa paparan PAH di udara pralahir selama kehamilan dikaitkan dengan keterlambatan perkembangan anak pada usia 3 tahun, mengurangi kemampuan verbal dan skala IQ pada usia 5 tahun, serta gejala kecemasan dan depresi pada usia 7 tahun.
Pada anak usia 7 tahun, para peneliti menggunakan Skala Wechsler Intelligence untuk menilai IQ. Konsentrasi PAH diukur dari tali pusar, sehingga menyediakan paparan polutan pralahir. Para peneliti mengamati bahwa di antara anak-anak yang ibunya dilaporkan memiliki kesulitan materi yang lebih besar, serta kelompok dengan PAH tingkat tinggi, secara signifikan memiliki skor lebih rendah pada tes IQ, penalaran perseptual dan memori kerja.
Temuan ini menambah bukti lain bahwa kelemahan sosial ekonomi dapat meningkatkan efek samping dari pemicu sters fisik seperti polusi udara. Hasil ini menyarankan perlunya pendekatan multifaset untuk mengurangi paparan PAH dan meringankan kesulitan ekonomi untuk melindungi janin yang sedang berkembang dan anak.
“Temuan ini mendukung intervensi kebijakan untuk mengurangi paparan polusi udara di perkotaan, serta program untuk menskirining wanita di awal kehamilan, sehingga dapat mengidentifikasi mereka yang membutuhkan dukungan psikologis atau materi,” kata Perera, penulis senior penelitian, seperti dilansir Columbia University’s Mailman School of Public Health (29/04/2015).
Informasi lebih lanjut mengenai PAH dan cara-cara untuk membatasi paparan PAH dapat ditemukan di situs CCCEH.
Referensi :
Julia Vishnevetsky, Deliang Tang, Hsin-Wen Chang, Emily L. Roen, Ya Wang, Virginia Rauh, Shuang Wang, Rachel L. Miller, Julie Herbstman, Frederica P. Perera. Combined effects of prenatal polycyclic aromatic hydrocarbons and material hardship on child IQ. Neurotoxicology and Teratology, 2015; DOI: 10.1016/j.ntt.2015.04.002.