Bhataramedia.com – Hari Bumi Sedunia diperingati setiap tanggal 22 April setiap tahunnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran manusia untuk lebih memerhatikan kelestarian bumi. Seperti yang banyak diberitakan saat ini bahwa isu-isu lingkungan yang menyebabkan kerusakan pada bumi semakin memprihatinkan saja. Ironisnya, manusialah yang menjadi penyebab utama berbagai kerusakan di bumi ini. Seperti eksploitasi berlebihan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa memerhatikan dampak negatifnya terhadap bumi. Hal ini dibenarkan oleh Prof. Dr. Cahyono Agus selaku Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM yang ditemui saat peringatan Hari Bumi Sedunia pada Rabu (22/04).
“Bumi telah dengan suka rela menyediakan layanan jasa lingkungan dan kehidupan berupa oksigen, air, pangan, energi, kebutuhan hidup lainnya secara gratis kepada seluruh mahluk hidup. Meski begitu, manusia sebagai khalifah di bumi ini justru telah mengekploitasinya secara berlebihan,” tutur Agus, seperti dikutip dari website resmi UGM (22/04/2015).
Faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada bumi adalah terus meningkatnya jumlah populasi di dunia. Sedangkan tingkat kesadaran untuk merawat bumi tempat mereka tinggal masih rendah. “Sangat disayangkan, kita masih terus menggantungkan ego cara bertahan hidup dengan terus mengeruk bumi secara rakus dan tanpa henti, dengan kecepatan eksponensial. Menjadikan bumi semakin rusak, renta tak berdaya. Sedangkan tingkat kesadaran manusia terhadap keberlangsungan kehidupan bersama tidak juga tumbuh. Maka hampir tidak mungkin untuk melihat nasib manusia di masa depan,” tegas Agus.
Menurut Agus, sangat penting untuk merawat bumi demi kelangsungan hidup umat manusia di masa mendatang. “Padahal seharusnya kita bisa ikut berkontribusi secara nyata untuk ikut menyelamatkan bumi ini. Kita tak bisa terus berdiam diri lagi. Kita harus rawat bumi seisinya untuk kepentingan seluruh mahluk hidup di dalam jagad bumi biru yang bermartabat secara berkelanjutan,” kata Agus.
Salah satu cara untuk merawat bumi yakni dengan program “Jagad Biru Rahayu”. “Paradigma baru peran hutan dan ruang hijau terpadu sebagai sumber oksigen, air kehidupan, pangan, pakan, pakan, pupuk, energi, pengatur suhu, yang sangat penting bagi lingkungan dan kehidupan bersama, perlu digalang. Mari kita galakkan gerakan “ruang taman hijau” yang membutuhkan komitmen dan tanggung jawab individual dan bersama yang harus dikontribusikan secara nyata dalam penyelamatan bumi ini. Kita bisa berperan besar untuk menanam pohon sebanyak-banyaknya di lingkungan kita masing-masing,” jelas Agus yang menerangkan program “Jagad Biru Rahayu”.