Bhataramedia.com – Tes darah baru yang memungkinkan dokter untuk memprediksi pasien kanker ovarium mana yang akan menanggapi jenis pengobatan tertentu sudah satu langkah lebih dekat setelah dilakukannya studi baru oleh para ilmuwan dari Manchester.
Para peneliti dari University of Manchester dan Christie NHS Foundation Trust, keduanya bagian dari Cancer Research Centre Manchester, mengatakan bahwa tes baru tersebut dapat dikembangkan dan digunakan di rumah sakit di dalam beberapa tahun ke depan.
Hal ini berarti bahwa tenaga medis dapat melihat pasien mana yang dapat memperoleh manfaat dari obat yang mentarget pembuluh darah, seperti bevacizumab, selain terapi konvensional. Sementara itu, pasien lain yang tidak akan mendapatkan keuntungan akan terhindar dari waktu yang sia-sia dan efek samping yang terkait dengan mengkonsumsi obat tertentu. Tes baru ini juga akan membantu untuk mengurangi biaya pengobatan.
Penderita kanker ovarium telah mengalami sedikit peningkatan tingkat ketahanan hidup selama beberapa dekade terakhir. Para ilmuwan saat ini sedang mencari strategi pengobatan baru untuk meningkatkan pendekatan standar operasi dan kemoterapi.
Kemajuan baru-baru ini telah menargetkan pengembangan pembuluh darah baru di dalam tumor, sehingga dapat mencegah sel kanker menerima nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh.
Bevacizumab, salah satu obat yang menargetkan pembuluh darah, telah menunjukkan perbaikan yang signifikan namun sederhana di dalam kelangsungan hidup pasien sehingga dokter dapat mencari cara untuk memprediksi pasien mana yang paling mungkin untuk mendapatkan keuntungan dari obat jenis ini.
Tim peneliti melihat sampel darah dari pasien yang terdaftar di dalam uji bevacizumab internasional. Pasien-pasien ini menerima perawatan standar kemoterapi saja atau kemoterapi ditambah bevacizumab.
“Kami ingin mengidentifikasi biomarker prediktif (tindakan yang dapat menunjukkan seberapa baik pasien akan menanggapi pengobatan) sehingga kami dapat lebih menargetkan obat ini kepada pasien yang paling mungkin untuk mendapatkan keuntungan,” kata Profesor Gordon Jayson, Profesor Onkologi Medis di The University of Manchester dan Konsultan Kehormatan di Christie yang bersama-sama memimpin penelitian.
“Kami menyelidiki berbagai tingkat protein di dalam sampel darah pasien sebelum pengobatan untuk melihat apakah ada yang terkait dengan meningkatnya ketahanan hidup,” lanjut Prof. Gordon, seperti dilansir University of Manchester (5/9/2014).
Temuan yang dipublikasikan baru-baru ini di jurnal Clinical Cancer Research menunjukkan bahwa dua protein tertentu (Ang1 dan Tie2) dapat digunakan di dalam kombinasi untuk memprediksi respon pasien. Pasien dengan tingkat Ang1 tinggi dan tingkat Tie2 rendah merupakan yang paling mungkin memperoleh manfaat dari bevacizumab. Kedua protein ini terlibat di dalam mengontrol pembentukan pembuluh darah baru. Sebaliknya, mereka menemukan bahwa pasien yang memiliki kedua protein tersebut dengan tingkat yang tinggi tidak mendapatkan keuntungan dari obat tambahan.
“Sekarang kita akan melihat untuk lebih mengeksplorasi potensi menggunakan tes darah untuk personalisasi pengobatan pasien kanker ovarium. Perubahan rencana perawatan secara individual dan lebih spesifik untuk setiap pasien dan tumor tertentu yang diderita adalah kunci untuk meningkatkan hasil pengobatan bagi pasien. Sementara itu, pasien juga dapat terhindar dari potensi efek samping terapi,” tambah rekan penulis studi, Profesor Caroline Dive, dari Cancer Research UK Manchester Institute yang berbasis di University of Manchester.
Referensi :
A. Backen, A. G. Renehan, A. R. Clamp, C. Berzuini, C. Zhou, A. Oza, S. Bannoo, S. J. Scherer, R. E. Banks, C. Dive, G. C. Jayson. The Combination of Circulating Ang1 and Tie2 Levels Predicts Progression-Free Survival Advantage in Bevacizumab-Treated Patients with Ovarian Cancer. Clinical Cancer Research, 2014; 20 (17): 4549 DOI: 10.1158/1078-0432.CCR-13-3248.