Bhataramedia.com – Minyak goreng memiliki kandungan yang baik bagi kesehatan tubuh. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi minyak goreng yang dipakai berulang-ulang sampai warnanya berubah menjadi gelap. Minyak goreng dengan kriteria seperti itu sering kali disebut dengan nama minyak jelantah.
Penggunaan minyak jelantah ini tak hanya digunakan oleh rumah tangga saja dalam memenuhi kebutuhan memasak sehari-hari. Namun para pedagang makanan yang menggunakan minyak goreng untuk menyajikan makanannya, banyak diantara mereka yang sengaja menggunakan minyak jelantah. Hal ini dilakukan mereka karena harga minyak jelantah yang lebih murah sehingga menghemat modal yang mereka keluarkan untuk berjualan.
Selain itu, ada juga para pedagang minyak goreng nakal yang mengubah minyak jelantah menjadi minyak goreng yang bening seperti awalnya. Mereka dengan curang menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mengubah warna hitam pekat pada minyak jelantah menjadi warna bening seperti minyak goreng yang baru.
Namun hal yang terpenting adalah kesadaran masyarakat akan bahaya menggunakan minyak jelantah ini. Dan sayangnya masih banyak masyarakat yang kurang peduli akan bahaya dari minyak jelantah bagi kesehatan.
Bahaya akan penggunaan minyak jelantah ini diteliti oleh dr. Maria Selvester Thaedus, M.Biomed yang merupakan dosen dari Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta. Penelitian ini terangkum dalam disertasi yang berjudul “Dampak Konsumsi Minyak Jelantah terhadap Okisdatif DNA”. Penelitian yang dilakukan ini dipresentaskan ketika ujian terbuka program doktor Fakultas Kedokteran UGM pada hari Selasa (24/03).
Pada kesempatan itu, Maria menjelaskan mengenai kriteria minyak goreng yang sehat dan tidak sehat. “Syarat mutu bilangan peroksida minyak goreng menurut SNI. 01-3741-2002 maksimal 10meq/1kg minyak. Sementara penggunaan minyak goreng berulang dalam rumah tangga memiliki bilangan peroksida 20-40 meq/kg,”jelas Maria seperti dikutip dari website resmi UGM (25/03/2015).
Maria juga menuturkan mengenai dampak penggunaan minyak jelantah bagi kesehatan. “Hal ini menunjukkan adanya kerusakan sel atau jaringan derajat berat disertai dengan kerusakan DNA,” tutur Maria. Maria tak lupa mengajak masyarakat untuk tidak menggunakan minyak jelantah. “Gunakan minyak goreng secerdas mungkin dan tidak berulang dengan jumlah sesuai kebutuhan,” jelas Maria.