Bhataramedia.com – Satu pemindaian inframerah dapat memberikan patolog jendela ke dalam struktur dan molekul di dalam jaringan dan sel, sehingga memungkinkan penilaian yang cepat dan diagnostik yang luas. Hal ini dapat terjadi berkat teknik pencitraan yang dikembangkan oleh para peneliti University of Illinois dan mitra klinis mereka.
Melalui kombinasi dari pencitraan mikroskop canggih dan analisis komputer, teknik baru ini dapat memberikan patolog dan peneliti informasi yang tepat tanpa menggunakan pewarna berbahan kimia. Dipimpin oleh Rohit Bhargava, profesor bioengineering dan anggota Beckman Institute for Advanced Science and Technology, para peneliti menerbitkan temuan mereka di jurnal Technology.
“Sampel apapun dapat dianalisis untuk pewarnaan yang diinginkan tanpa biaya material, waktu atau usaha, sementara meninggalkan jaringan berharga murni untuk analisis,” kata Bhargava.
Agar dapat mempelajari sampel jaringan, dokter dan peneliti menggunakan pewarna yang menempel pada struktur tertentu atau molekul yang mereka cari. Pewarnaan dapat menjadi proses yang panjang dan sulit, serta bahan kimia yang ditambahkan dapat merusak sel. Dokter juga harus memilih hal-hal mana yang harus diuji, oleh karena itu tidak selalu mungkin untuk mendapatkan beberapa sampel pada beberapa pewarnaan dari satu biopsi.
Teknik pencitraan inframerah yang baru dan canggih ini tidak menggunakan noda kimia, tetapi memindai sampel dengan cahaya inframerah untuk langsung mengukur komposisi kimia dari sel. Komputer kemudian menerjemahkan informasi spektral dari mikroskop ke dalam pola noda kimia, tanpa repot atau kesulitan menerapkan pewarna ke dalam sel.
“Salah satu hambatan di dalam patologi yang serba otomatis adalah proses luas yang harus diterapkan untuk gambar berwarna untuk mengoreksi pewarnaan dan inkonsistensi. Kemampuan untuk menerapkan warna seragam di beberapa sampel dapat membuat langkah-langkah pengolahan gambar awal secara signifikan lebih mudah dan lebih kuat,” kata David Mayerich, penulis pertama penelitian.
Para peneliti menghasilkan beragam warna molekular dengan secara komputasi mengisolasi spektrum molekul tertentu. Hal ini memungkinkan pengguna untuk menyetel ke warna yang diperlukan, semua tanpa merusak sampel jaringan asli, yang kemudian dapat digunakan untuk tes lainnya.
“Pendekatan ini menjanjikan untuk memiliki dampak langsung dan jangka panjang di dalam mengubah patologi menjadi ilmu molekuler multiplexing, baik pada penelitian dan praktek klinis,” kata Bhargava, seperti dilansir University of Illinois at Urbana-Champaign (24/03/2015).