Bhataramedia.com – Sel kekebalan tubuh tertentu yang dikenal sebagai limfosit T, harus diaktifkan sehingga tubuh dapat mengembangkan perlindungan jangka panjang terhadap infeksi. Sebelumnya, diyakini bahwa proses ini hanya terjadi di kelenjar getah bening dan limpa. Namun, sekarang para ilmuwan dari Klinikum rechts der Isar di Technische Universität München telah menemukan bahwa sel T juga dapat diaktifkan di dalam hati (liver) melalui jalur sinyal yang jauh lebih dan langsung. Temuan yang telah dipublikasikan di Cell Reports ini dapat memiliki impikasi terhadap perbaikan formulasi vaksin.
Ketika patogen menyerang sel sehat di dalam tubuh, limfosit T bertugas mengidentifikasi dan menghancurkan sel yang terinfeksi. Para ilmuwan megetahui bahwa sel-sel tersebut menjalani “program pelatihan” untuk tugas ini di kelenjar getah bening atau limpa. “Pemrograman sel” memainkan peran kunci di sini, menyajikan konstituen patogen ke limfosit T. Proses ini adalah proses bagaimana limfosit T belajar mengenali komponen tersebut dan menjadi sel “pembunuh” spesifik. Tim peneliti yang dipimpin oleh Prof. Percy Knolle dari Klinikum rechts der Isar dan University of Bonn dan Prof Stefan Rose-John dari Universitas Kiel kini telah menemukan suatu lokasi di mana kedua limfosit T dapat diprogram untuk menyerang patogen.
Para peneliti mengidentifikasi hati sebagai organ imunologi di mana sel-sel jaringan khusus bertindak sebagai “sel pemrograman” untuk mempersiapkan limfosit T untuk pertempurannya melawan sel yang terinfeksi. Hati juga mampu mendekripsi kode molekuler yang tepat digunakan oleh sel-sel jaringan ini untuk melengkapi limfosit T dengan kemampuan melawan infeksi khusus. “Mekanisme baru ini sangat menarik karena sel-sel T diaktifkan secara langsung dan sangat cepat, hanya di dalam 18 jam, bukan 72 jam,” jelas Percy Knolle.
Pembawa Pesan Sintetik Sebagai Adjuvant Baru
Kunci untuk semua ini adalah pembawa pesan alami dari kelompok interleukin: IL-6 / sIL-6R. Hal ini hanya menjadi efektif bila dua komponen individu (IL-6 dan sIL-6R) dinggabungkan. Sebelumnya, para ilmuwan hanya mengetahui peran kedua substansi tersebut di dalam regenerasi dan pengembangan respon inflamasi. Namun, sekarang tim peneliti telah menunjukkan bahwa limfosit T di dalam hati terlibat si dalam kontak langsung dengan “sel pemrograman” yang ditemukan di sana, dan bahwa IL-6 / sIL-6R sangat efisien mengaktifkan sel T.
Setelah peneliti telah menemukan mekanisme baru ini, mereka mampu menggunakan desain pembawa pesan sintetik yang dikembangkan oleh Stefan Rose-John, yang dikenal sebagai Hyper-IL-6 untuk stimulasi tertarget dari limfosit T. Di dalam menciptakan pembawa pesan sintetik tersebut, dua komponen individu yang biasanya dipisahkan, secara langsung dan tegas terkait satu sama lain. “Di dalam kombinasi dengan mekanisme stimulasi yang telah dikenal oleh limfosit T, Hyper-IL-6 dapat digunakan untuk efek ‘hiper stimulasi’ tertentu dari limfosit T, dengan tujuan terapeutik tertentu. Hal ini dapat menjadi langkah penting di dalam membantu kami meningkatkan formulasi vaksin,” tambah Percy Knolle, seperti dilansir Technische Universitaet Muenchen (5/9/2014).
Selain mengandung komponen dari patogen, vaksin saat ini juga mengandung zat yang dikenal sebagai adjuvant. Setelah beberapa langkah-langkah perantara, adjuvant secara tidak langsung mengaktifkan limfosit T dan membantu untuk membangun kekebalan. “Kami menempatkan harapan yang tinggi pada hyper-IL-6 sebagai adjuvant baru yang secara efektif mampu mengaktifkan sel T secara langsung dan lebih cepat. Hal ini dapat membantu kita mengatasi infeksi bakteri atau virus kronis yang sebelumnya tidak merespon terhadap vaksinasi,” Percy menyimpulkan.
Referensi :
Böttcher J.P., Schanz O., Garbers C., Zaremba A., Hegenbarth S., Kurts C., Beyer M., Schultze J.L., Kastenmüller W., Rose-John S., and Knolle P.A., IL-6 trans-Signaling-Dependent Rapid Development of Cytotoxic CD8+ T Cell Function, Cell Reports, 2014. DOI: 10.1016/j.celrep.2014.07.008.