Bhataramedia.com – Meskipun telah diketahui bahwa HIV dapat masuk ke otak secara dini selama infeksi, sehingga menyebabkan peradangan dan masalah memori / kognitif, bagaimana hal ini dapat terjadi sebagian besar masih belum diketahui. Sebuah laporan penelitian baru yang muncul di Journal of Leukocyte Biology Februari 2015, memecahkan misteri ini dengan menunjukkan bahwa HIV bergantung pada protein yang diekspresikan oleh jenis sel kekebalan tubuh, yang disebut “monosit dewasa,” untuk masuk ke dalam otak. Protein ini kemungkinan dapat menjadi target bagi obat untuk mencegah HIV mencapai sel-sel otak. Protein ini kemungkinan juga dapat menjelaskan mekanisme baru untuk membantu obat menembus penghalang darah di otak (blood-brain barrier).
“Saya berharap penelitian ini membawa kesadaran untuk kebutuhan terapi ajuvan (terapi sekunder) yang menargetkan masuknya monosit ke dalam otak, sebagai sarana untuk mengurangi masuknya HIV ke dalam otak dan gangguan neurokognitif terkait HIV,” kata Dionna W. Williams, Ph.D., seorang peneliti dari Departemen Patologi di Albert Einstein College of Medicine di Bronx, New York.
Di dalam penelitian tersebut, para ilmuwan menerima darah dari dua kelompok orang; orang yang terinfeksi oleh HIV dan orang yang tidak terinfeksi. Monosit dewasa diperoleh dari darah orang-orang dari kedua kelompok dan peneliti menentukan berapa banyak sel-sel ini hadir, protein apa yang diekspresikan oleh sel-sel monosit dan juga bagaimana sel-sel ini masuk ke dalam otak. Para peneliti menemukan bahwa monosit dewasa memiliki kemampuan tinggi untuk masuk ke dalam otak karena memiliki ekspresi protein yang unik, dimana ekspresi protein unik ini dapat menyebabkan HIV menginfeksi otak.
“Monosit adalah bagian yang normal dari sistem kekebalan tubuh terhadap virus, namun sel-sel ini juga telah dikenal untuk bertindak seperti ‘trojan horse’ dan membawa virus dari tempat infeksi awal ke bagian lain dari tubuh,” kata John Wherry, Ph. D., Wakil Editor Journal of Leukocyte Biology.
“Mengidentifikasi bagaimana sel-sel ini memfasilitasi masuknya HIV ke dalam otak kemungkin memberikan peluang pengobatan baru tidak hanya untuk HIV, tetapi penyakit neurologis lainnya,” kata John, seperti dilansir Federation of American Societies for Experimental Biology (02/02/2015).