Kafein, Apakah Kopi dapat Kurangi Risiko Multiple Sclerosis?

kopi

Bhataramedia.com – Minum kopi kemungkinan berhubungan dengan risiko lebih rendah menderita multiple sclerosis (MS). Hal ini menurut studi yang akan dipresentasikan pada American Academy of Neurology di Pertemuan Tahunan ke-67 di Washington, DC, 18-25 April 2015.

“Asupan kafein telah dikaitkan dengan penurunan risiko Parkinson dan penyakit Alzheimer. Penelitian kami telah menunjukkan bahwa konsumsi kopi juga dapat melindungi terhadap multiple sclerosis, sehingga mendukung gagasan bahwa kafein kemungkinan memiliki efek protektif bagi otak,” kata penulis studi, Ellen Mowry, MD, MCR, dari Johns Hopkins University School of Medicine di Baltimore dan anggota American Academy of Neurology.

Pada penelitian ini, peneliti melihat studi di Swedia pada 1.629 orang dengan MS dan 2.807 orang sehat, dan sebuah studi di AS dari 1.159 orang dengan MS dan 1.172 orang sehat. Kedua studi menandai konsumsi kopi di antara orang-orang dengan MS, satu dan lima tahun sebelum gejala MS dimulai (serta 10 tahun sebelum gejala MS dimulai pada studi di Swedia) dan membandingkannya dengan konsumsi kopi orang-orang yang tidak memiliki MS pada periode waktu yang sama. Penelitian ini juga memperhitungkan faktor-faktor lainnya seperti usia, jenis kelamin, merokok, indeks massa tubuh dan kebiasaan paparan sinar matahari.

Studi di Swedia menemukan bahwa dibandingkan dengan orang yang minum setidaknya enam cangkir kopi per hari selama setahun sebelum gejala muncul, mereka yang tidak minum kopi memiliki sekitar satu setengah kali peningkatan risiko MS. Minum kopi dengan jumlah besar pada lima atau 10 tahun sebelum gejala MS dimulai memiliki tingkat protektif yang sama.

Pada penelitian di AS, orang-orang yang tidak minum kopi juga sekitar satu setengah kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit MS, daripada mereka yang minum empat cangkir kopi atau lebih per hari pada tahun sebelum gejala penyakit ini mulai berkembang.

“Dampak kafein juga harus dipelajari terhadap kekambuhan dan cacat jangka panjang pada multiple sclerosis,” kata Mowry, seperti dilansir American Academy of Neurology (AAN) (26/02/2015).

Penelitian ini didukung oleh Swedish Medical Research Council, Swedish Research Council for Health, Knut and Alice Wallenberg, AFA, Swedish Brain Foundations, Swedish Association for Persons with Neurological Disabilities and the U.S. National Institute of Neurological Disorders and Stroke, National Institute of Environmental Health Sciences dan National Institute on Aging.

You May Also Like