Bhataramedia.com – Model perubahan iklim regional telah prediksi peningkatan limpasan air tawar ke Laut Baltik. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan arus masuk dari karbon organik terlarut terestrial (berasal dari daratan). Menurut Matyas Ripszam, dari Umeå University, perubahan ini akan memiliki dampak yang tinggi pada polutan organik di utara Laut Baltik, karena karbon ini dapat berinteraksi dengan polutan dan mengurangi konsentrasi polutan di dalam air. Dia akan mengajukan tesisnya pada hari Jumat tanggal 20 Februari.
“Hal ini tidak berarti bahwa polutan organik merupakan ancaman yang kurang serius. Beban karbon organik yang lebih tinggi dapat mengakibatkan pengembangan ekosistem dimana mikroorganisme akan memakan karbon organik terlarut, sehingga membuka jalan bagi polutan untuk memasuki jaring makanan dan menyebabkan lebih banyak masalah pada organisme dengan tingkat yang lebih tinggi, seperti ikan,” jelas Matyas Ripszam.
Kemampuan untuk menyerap polutan organik telah terbukti berbeda di antara bagian yang berbeda dari Laut Baltik. Matyas Ripszam telah berhasil mengembangkan metode untuk mengukur sejauh mana partisi kontaminan karbon organik terlarut.
Metode tersebut kemudian diterapkan pada sampel yang diambil di sepanjang pantai Laut Baltik. Sebagian besar polutan yang diteliti menunjukkan penurunan afinitas dari utara ke selatan. Beberapa kontaminan dengan sifat struktural tertentu tidak menunjukkan adanya perbedaan spasial di dalam berpartisi menjadi karbon organik terlarut.
Matyas Ripszam juga telah meneliti pengaruh dari suhu yang lebih tinggi dan konsentrasi yang berbeda dari kandungan karbon organik pada distribusi polutan di model ekosistem laut kehidupan nyata, yang disebut mesocosms. Hanya dengan suhu yang lebih tinggi saja dapat menyebabkan peningkatan kehilangan polutan, sedangkan kandungan karbon organik yang lebih tinggi mempertahankan lebih banyak di dalam pemodelan ekosistem.
“Efek gabungan dari kedua parameter tidak menunjukkan pola yang nyata, karena beberapa polutan lebih sensitif terhadap perubahan suhu dan faktor lainnya untuk meningkatkan kandungan karbon organik,” kata Matyas Ripszam, seperti dilansir Umeå universitet (20/02/2015).