Bhataramedia.com – Para ilmuwan di University at Buffalo’s Research Institute on Addictions (RIA) sedang mempelajari stres kronis dan depresi, serta difokuskan pada endocannabinoid, yang merupakan bahan kimia otak yang mirip dengan substansi di dalam ganja / mariyuana.
Temuan ini meningkatkan kemungkinan bahwa komponen ganja kemungkinan berguna di dalam mengurangi depresi yang dihasilkan dari stres kronis.
“Di dalam model hewan yang kami pelajari, kami melihat bahwa stres kronis mengurangi produksi endocannabinoid, sehingga mengarah ke perilaku seperti depresi,” kata Samir Haj-Dahmane, Ph.D., ilmuwan peneliti senior di RIA.
Endocannabinoid adalah senyawa kimia yang secara alami diproduksi di dalam otak. Senyawa ini mempengaruhi kontrol motorik, kognisi, emosi dan perilaku. Seperti namanya, endocannabinoid mirip dengan senyawa kimia yang ditemukan di dalam ganja (Cannabis sativa) dan senyawa aktifnya delta-9-tetrahydrocannabinol (THC).
“Stres kronis adalah salah satu penyebab utama depresi. Menggunakan senyawa yang berasal dari ganja untuk mengembalikan fungsi endocannabinoid yang normal berpotensi membantu menstabilkan suasana hati dan mengurangi depresi,” kata Haji-Dahmane, seperti dilansir University at Buffalo (04/02/2015).
Dia mengingatkan bahwa ini adalah penelitian awal. “Penelitian kami sejauh ini telah menggunakan model hewan, masih diperlukan proses yang panjang sebelum kita tahu apakah ini dapat efektif pada manusia,” katanya. “Namun, kita telah melihat bahwa beberapa orang yang menderita gangguan stres pascatrauma telah melaporkan perasaan lega setelah menggunakan ganja,” lanjut dia.
Haj-Dahmane mengatakan bahwa langkah berikutnya di dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah menggunakan ekstrak ganja, cannabidiol (CBD), dapat mengembalikan perilaku normal pada hewan tanpa menyebabkan ketergantungan pada obat.
Penelitian ini didanai oleh hibah dari National Institute of Mental Health dan muncul pada edisi musim gugur Journal of Neuroscience.
Penggunaan ganja / mariyuana secara medis masih menjadi isu yang kontroversial. Meskipun 23 negara bagian dan District of Columbia telah menyetujui penggunaannya untuk memberikan bantuan pada masalah kesehatan seperti glaukoma, nyeri saraf, epilepsi, multiple sclerosis dan mual akibat kemoterapi, beberapa ahli khawatir bahwa penggunaan ganja secara medis dapat menormalkan sikap mengenai ganja dan mendorong orang-orang, terutama anak muda, untuk percaya bahwa ganja benar-benar aman.