Bhataramedia.com – Para peneliti di Columbia Center for Children’s Environmental Health, Mailman School of Public Health adalah yang pertama kalinya menunjukkan hubungan antara asma pada anak-anak dan paparan pralahir untuk dua ftalat (phthalates) yang digunakan dalam beragam produk rumah tangga. Hasil penelitian ini diterbitkan secara online dalam jurnal Environmental Health Perspectives.
Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu yang terpapar selama kehamilan untuk tingkat yang lebih tinggi dari bahan kimia, yaitu butylbenzyl phthalate (BBzP) dan di-n-butil phthalate (DnBP), mengalami peningkatan 72 persen dan 78 persen risiko terkena asma antara usia 5 dan 11, untuk masing-masing bahan kimia tersebut, dibandingkan dengan anak dari ibu dengan tingkat paparan yang lebih rendah.
“Semua orang, mulai dari orang tua hingga pembuat kebijakan sangat prihatin dengan peningkatan drastis jumlah anak-anak yang menderita asma. Tujuan kami adalah untuk mencoba dan mengungkap penyebab epidemi ini sehingga kita dapat lebih melindungi anak-anak dari kondisi yang melemahkan ini,” kata penulis pertama Robin Whyatt, DrPH, profesor Ilmu Kesehatan Lingkungan dan co-deputi direktur Columbia Center for Children’s Environmental Health di Mailman School, seperti dilansir EurekAlert! (17/9/2014).
“Studi kami menyediakan bukti bahwa dua ftalat di atas berada di antara berbagai faktor risiko yang diketahui menyebabkan asma,” tambah Dr. Whyatt.
Faktor risiko lain meliputi asap tembakau, polusi udara, obesitas, dan riwayat alergi.
Ftalat digunakan dalam segala hal mulai dari wewangian sintetis untuk wadah plastik makanan, lantai vinil, obat nyamuk, tirai mandi, bahkan kemudi roda dan dashboard (“bau mobil baru” mengandung ftalat). Sejak tahun 2009, beberapa ftalat, termasuk BBzP dan DnBP, telah dilarang untuk ditambahkan pada mainan anak-anak dan benda-benda lain di pengasuhan anak di Amerika Serikat. Namun, sayangnya tidak ada langkah-langkah yang telah diambil untuk melindungi janin yang sedang berkembang dengan memperingatkan wanita hamil terhadap potensi eksposur ftalat. Di AS, ftalat jarang ditulis pada daftar isi sebagai bahan pada suatu produk.
“Janin sangat rentan selama kehamilan. Meskipun sudah menjadi kewajiban ibu untuk melakukan segala sesuatu yang mereka bisa untuk melindungi anaknya, namun mereka hampir tidak berdaya untuk melindungi dari ftalat seperti BBzP dan DnBP. Jika kita ingin melindungi anak-anak, maka kita harus melindungi wanita hamil, “kata penulis senior studi tersebut, Rachel Miller, MD, profesor Kedokteran (di Pediatrics) dan Ilmu Kesehatan Lingkungan di Columbia Center for Children’s Environmental Health, Columbia’s Mailman School of Public Health.
Para peneliti mengamati 300 wanita hamil dan anak-anak mereka yang terdaftar dalam Center’s Longitudinal Cohort Study di New York City. Tingkat paparan untuk empat suspek ftalat diukur melalui metabolit kimia di dalam urin. Sampel dikumpulkan dari ibu selama trimester ketiga dan anak-anak pada usia 3, 5, dan 7 tahun. Analisis kimia dilakukan di Centers for Disease Control and Prevention. Para peneliti membandingkan risiko asma pada anak-anak antara usia 5 dan 11 tahun yang lahir dari ibu dengan konsentrasi ftalat urutan tiga teratas dibandingkan tiga terbawah.
Hampir sepertiga dari anak-anak (94 anak) mengembangkan asma yang terdiagnosa dokter. Sebanyak 60 anak lainnya memiliki riwayat mengi dan gejala lain mirip asma tanpa diagnosis asma. Pada kelompok ini juga, para peneliti menemukan hubungan antara paparan pralahir untuk DnBP dan gejala asma. Dua ftalat yang diteliti, yaitu di-2-ethylhexyl (DEHP) dan diethyl phthalate (DEP), tidak berhubungan dengan diagnosis asma atau gejala mirip asma.
Hampir semua sampel urin dari ibu dan anak tidak mengandung metabolit untuk empat ftalat, kecuali satu dari sampel urin dari ibu dan anak yang mengandung metabolit untuk empat ftalat. Sampel memiliki berbagai konsentrasi, dari tidak terdeteksi sampai 550 ng/ml untuk metabolit BBzP dan dari 1 sampai 1110 ng/mL untuk metabolit DnBP. Namun, masih belum jelas apakah perilaku atau produk yang berkontribusi pada eksposur yang lebih besar.
Temuan saat ini didasarkan pada temuan tim penelitian tahun 2012 pada kelompok yang sama dari ibu dan anak dan melaporkan bahwa anak-anak yang terpapar DEP atau BBzP memiliki peningkatan risiko peradangan saluran napas terkait asma; dan paparan pralahir untuk BBzP dikaitkan dengan peningkatan risiko eksim masa kanak-kanak. Pada tahun 2013, para peneliti melaporkan bahwa paparan anak usia dini untuk bisphenol A (BPA) juga dikaitkan dengan risiko asma. Baru-baru ini, mereka menemukan bahwa risiko dari paparan BPA selama masa kanak-kanak meningkat secara substansial jika ibu juga memiliki eksposur yang lebih tinggi untuk BBzP selama kehamilan, menunjukkan bahwa penggangu endokrin berinteraksi untuk meningkatkan risiko asma anak (hasilnya diterbitkan pada bulan Agustus di Journal of Allergy and Clinical Immunology).
Untuk saat ini, belum diketahui bagaimana ftalat meningkatkan risiko asma. Studi paparan pralahir untuk BBzP mengisyaratkan bahwa peradangan dan stres oksidatif mungkin memainkan peran.
Referensi :
Robin M. Whyatt, Matthew S. Perzanowski, Allan C. Just, Andrew G. Rundle, Kathleen M. Donohue, Antonia M. Calafat, Lori A. Hoepner, Frederica P. Perera, and Rachel L. Miller. Asthma in Inner-City Children at 5-11 Years of Age and Prenatal Exposure to Phthalates: The Columbia Center for Children’s Environmental Health Cohort. Environmental Health Perspectives, September 2014 DOI: 10.1289/ehp.1307670.