Bhataramedia.com – Banyak organisme laut, seperti karang, kima, kerang, landak laut, teritip dan plankton mikroskopis tertentu, bergantung pada kondisi keseimbangan kimia dan tingkat pH di laut untuk membangun cangkang berbasis kalsium dan struktur lainnya. Suatu analisis baru yang diterbitkan di dalam jurnal Environmental Science and Technology memberikan analisis holistik mengenai bagaimana spesies di seluruh dunia akan terpengaruh, di bawah skenario iklim yang berbeda.
“Spesies yang bercangkang kapur sangat diperlukan untuk ekosistem di seluruh dunia. Mereka menyediakan habitat pemijahan ikan, makanan untuk predator laut dan pertahanan alami untuk badai dan erosi. Spesies ini juga sangat rentan terhadap pengasaman laut yang dipicu oleh meningkatnya emisi bahan bakar fosil,” kata peneliti IIASA, Ligia Azevedo, yang memimpin studi tersebut.
Sama seperti air soda berkarbonasi yang lebih asam daripada air biasa, tingkat karbon dioksida (CO2) yang lebih tinggi di laut menyebabkan air menjadi lebih asam. Keasaman tinggi membuat spesies berkapur lebih sulit untuk membuat struktur kalsium mereka seperti kerang, karang dan organisme lainnya yang memiliki rangka luar (exoskeleton).
“Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa spesies laut sedang terkena dampak negatif akibat penurunan tingkat pH air laut. Namun, hingga saat ini kebanyakan studi hanya melihat pada spesies individu. Penelitian ini merupakan salah satu yang pertama kali menganalisis dampak pada seluruh spesies yang membentuk kapur, serta melihat tingkat pH dan tekanan parsial CO2,” kata Azevedo, seperti dilansir International Institute for Applied Systems Analysis (03/02/2015).
Studi ini meneliti dampak peningkatan keasaman laut pada pertumbuhan, reproduksi dan kelangsungan hidup spesies. Studi ini menggunakan dua skenario perubahan iklim dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Fifth Assessment Report (AR5): di dalam skenario emisi yang rendah, pH laut diproyeksikan menurun dari 8,1 menjadi 7,95, sedangkan di dalam skenario emisi tinggi, pH laut median diduga turun menjadi 7.80. (semakin rendah pH menunjukkan keasaman yang lebih tinggi).
Analisis ini menemukan bahwa di bawah skenario emisi tinggi, antara 21-32% dari spesies berkapur akan terpengaruh secara signifikan, berdasarkan ambang batas sebesar 10% dari populasi spesies yang terpengaruh. Di dalam skenario emisi rendah, hanya 7-12% dari spesies akan terpengaruh.
Azevedo mencatat bahwa sementara penelitian ini merupakan tonggak baru yang penting untuk penelitian pengasaman laut, tetapi penelitian ini tidak menunjukkan populasi spesies mana yang dapat mengatasi tiap tingkat dari dampak tersebut.
“Sulit untuk mengatakan tingkat dampak bagi organisme yang berbeda, tingkat 10% dapat tidak menimbulkan masalah bagi beberapa spesies, tetapi untuk spesies lainnya yang lebih sensitive, tingkat ini dapat berarti satu langkah lebih dekat menuju kepunahan,” jelas Azevedo.
Penelitian ini juga menekankan bahwa masih banyak ketidakpastian mengenai tingkat pengasaman yang akan mengakibatkan dampak besar terhadap spesies berkapur, sebagian karena hasil eksperimen yang bervariasi.
Para peneliti mengatakan bahwa analisis baru kami merupakan langkah maju yang penting bagi para pemberi kebijakan untuk lebih memahami gambaran besar dari dampak iklim terhadap lautan. “Manfaat utama dari penelitian ini adalah untuk menyediakan kerangka penelitian baru bagi para pembuat kebijakan agar dapat digunakan untuk perencanaan kebijakan iklim, penilaian dampak siklus hidup dan penilaian risiko lingkungan,” kata Azevedo.