Bhataramedia.com – Manufaktur biofarmasi, produksi biofuel hemat energi, biaya produksi protein yang rendah, sangatlah penting untuk merevolusi masa depan di bidang kesehatan dan energi.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah berpaling ke ragi (yeast) sebagai cara cepat dan murah untuk memproduksi protein secara massal yang digunakan menjadi berbagai produk yang bermanfaat. Saat ini, peneliti Northwestern University, Keith Tyo, telah menemukan cara untuk mengumpulkan lebih banyak protein dari ragi.
“Idenya adalah untuk membuat protein sebanyak mungkin. Komunitas di bidang ini telah menghabiskan waktu yang lama memikirkan bagaimana meningkatkan tingkat produksi,” kata Tyo, asisten profesor teknik kimia dan biologi di McCormick School of Engineering.
Mikroorganisme uniseluler, ragi, merupakan kandidat utama untuk memproduksi protein karena dapat tumbuh secara pesat dan hanya membutuhkan beberapa sumber daya untuk berkembang. Namun, komunitas ilmiah tidak menyadari bahwa ragi menyerap kembali lebih dari setengah protein yang dihasilkannya.
“Para peneliti terus berusaha untuk meningkatkan tingkat produksi produk protein untuk mendapatkan lebih banyak produk di luar sel,” kata Tyo. “Mereka tidak menyadari bahwa meskipun mereka mengukur lima gram protein di luar sel, sebenarnya ada sepuluh gram yang diproduksi. Hanya saja lima gram lainnya segera masuk kembali ke dalam ragi,” lanjut dia.
Bekerjasama dengan rekan postdoctoralnya, William Rodriguez-Limas dan Victoria Tannenbaum (WCAS ’14), Tyo menemukan bahwa protein di dalam ragi bertanggung jawab atas fungsi penyerapan dan pengeluaran. Tim peneliti mampu memanen dua sampai tiga kali lipat lebih banyak protein dari sel ragi yang tidak dapat menyerap protein yang disekresikan.
Penelitian yang didanai oleh Chicago Biomedical Consortium dan Searle Funds di The Chicago Community Trust tersebut, mendapat perhatian kuhusus dan diterbitkan bulan Februari 2015 di Biotechnology and Bioengineering.
Mampu mengumpulkan produk protein yang lebih dari ragi dapat mengarah pada biofarmasi yang lebih murah, seperti insulin dan biofuel, seperti etanol. Langkah berikutnya adalah untuk menguji peran protein penyerap pada organisme lain yang juga diandalkan untuk produksi protein.
“Sebagian besar biaya dari satu galon etanol dihabiskan pada pembuatan enzim, yang merupakan protein untuk mendegradasi pati dan selulosa pada proses fermentasi. Enzim ini dibuat oleh organisme fungal seperti ragi. Bidang ini adalah tempat yang logis untuk mencoba teknologi kami,” kata Tyo, seperti dilansir Northwestern University (02/02/2015).