Bhataramedia.com – Menurut studi terbaru, nyeri dada tidak berarti pasien harus secara otomatis diberikan tes jantung.
Setiap tahun, jutaan pasien terlihat di bagian gawat darurat untuk nyeri dada yang mengindikasikan serangan jantung di masa akan datang, sehingga peneliti Penn State Medical School memutuskan untuk melihat apakah mereka benar-benar berisiko.
Di dalam studi terbesar mengenai topik ini, mereka mengevaluasi data dari sekitar 58 juta orang secara nasional, termasuk 421.774 pasien yang terlihat di ruang gawat darurat untuk nyeri dada yang bukan serangan jantung.
Dari jumlah tersebut, 293.788 pasien menerima pengujian jantung lebih lanjut tetapi 127.986 pasien tidak menjalani tes seperti elektrokardiografi, ekokardiografi, pemindaian perfusi miokardium, atau coronary CT angiography.
Menurut tulisan para peneliti di JAMA Internal Medicine, tidak ada perbedaan yang signifikan di dalam hal rawat inap untuk serangan jantung di semua kelompok yang diuji dibandingkan dengan kelompok yang belum teruji di tujuh dan 190 hari.
Namun, para peneliti menemukan bahwa pasien yang menjalani tes lebih mungkin untuk menjalani prosedur revaskularisasi seperti stenting.
Dilansir Penn State Medical School (28/01/2015), penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan strategi pengujian terbaik ketika berhadapan dengan pasien yang menderita nyeri dada tetapi berisiko rendah serangan jantung, kata mereka.