Metode Pendekatan Baru Pembuatan Vaksin HIV

Qingsheng Li (kiri), Wei Niu dan Jiantao Guo. (Credit: Troy Fedderson | University Communications)

Bhataramedia.com – Dengan menggunakan bentuk modifikasi genetik dari virus HIV, tim peneliti dari University of Nebraska-Lincoln telah mengembangkan pendekatan baru yang menjanjikan untuk membuat vaksin HIV yang lebih efektif di masa depan.

Tim peneliti yang dipimpin oleh ahli kimia Jiantao Guo, ahli virus Qingsheng Li dan ahli biologi sintetis Wei Niu, telah berhasil menguji pendekatan baru untuk mengembangkan vaksin HIV secara in vitro dan telah menerbitkan temuan mereka di edisi internasional jurnal Angewandte Chemie, Jerman.

Tim peneliti tersebut menggunakan HIV yang telah dilemahkan di dalam vaksin. “Metode baru ini melibatkan manipulasi kodon (urutan tiga nukleotida yang membentuk kode genetik) virus HIV agar bergantung pada asam amino asing untuk mentranslasi protein mereka. Proses translasi protein diperlukan virus untuk bereplikasi. Oleh karena asam amino tersebut asing bagi tubuh manusia, HIV tidak dapat terus bereproduksi,” kata Guo, seperti dilansir dari rilis berita UNL (29/5/2014).

Sistem kekebalan adaptif dikembangkan ketika sistem kekebalan tubuh mengembangkan antibodi yang menyerang virus. Virus kemudian akan menghentikan replikasi dengan menghilangkan asam amino asing tersebut.

“Oleh karena asam amino asing tersebut tidak ada pada tubuh manusia, HIV tidak dapat melakukan replikasi lebih lanjut, sehingga tubuh dapat terlindungi dari HIV,” kata Guo.

Pada tanggal 1 Juni, tim peneliti akan memulai tahap pengembangan berikutnya dengan menggunakan dana hibah sebesar $ 1.900.000 selama empat tahun dari National Institutes of Healthand the National Institute of Allergy and Infectious Diseases. Bantuan tersebut akan memungkinkan dilakukannya penelitian lebih lanjut yang melibatkan HIV yang dimodifikasi secara genetik dan uji vaksin terhadap hewan percobaan.

Sejak terjadinya pandemi HIV / AIDS yang dimulai pada tahun 1980, diperkirakan 36 juta orang telah meninggal akibat penyakit tersebut. Saat ini, lebih dari 35 juta orang hidup dengan HIV dan 2,5 juta infeksi baru tercatat setiap tahunnya. Tidak ada obat yang universal atau vaksin yang tersedia untuk penyakit AIDS, karena HIV memiliki replikasi yang persisten dan mengalami evolusi.

Upaya vaksinasi paling sukses pada manusia yang dilakukan di Thailand di pertengahan dekade terakhir, memiliki tingkat keberhasilan sekitar 31 persen. Namun, versi vaksin tersebut menggunakan gen dan protein HIV yang telah direkayasa secara genetik, bukan virus yang sebenarnya.

“Vaksin yang di dalamnya mengandung HIV yang telah dilemahkan akan bekerja dengan baik untuk menghentikan pandemi penyakit AIDS dan kemungkinan dapat memberantas penyakit tersebut. Akan tetapi, penggunaan virus hidup di dalam percobaan pada manusia dapat menimbulkan masalah keamanan,” kata Li.

Menggunakan HIV yang dilemahkan di dalam vaksin belum pernah dicapai sebelumnya, karena HIV (bahkan di dalam kondisi yang lemah) bereplikasi dengan cepat. Hal tersebut memungkinkan HIV untuk berkembang dengan cepat dan mendapatkan kembali virulensi dan kemampuan penyebab penyakit.

Dengan dana dari hibah, tim peneliti akan menyempurnakan teknologi vaksin tersebut dan memulai percobaan baru.

Referensi Jurnal :

Nanxi Wang, Yue Li, Wei Niu, Ming Sun, Ronald Cerny, Qingsheng Li, Jiantao Guo. Construction of a Live-Attenuated HIV-1 Vaccine through Genetic Code Expansion. Angewandte Chemie International Edition, 2014; 53 (19): 4867 DOI: 10.1002/anie.201402092.

You May Also Like