Table of Contents
Bhataramedia.com – Lebih dari satu juta siswa Amerika menyalahgunakan obat resep atau mengambil stimulan ilegal untuk meningkatkan kapasitas rentang perhatian, memori, dan kewaspadaan. Sepertinya, “obat pintar” menjadi lebih populer akibat adanya tekanan dari teman sebaya, persyaratan akademik yang ketat, dan pasar kerja yang memiliki persaingan tinggi.
Kimberly Urban dari University of Delaware dan Wen-Jun Gao dari Drexel University College of Medicine, USA, telah menulis review di jurnal Frontiers in Systems Neuroscience. Review ini berisi peringatan terhadap remaja yang menyalahgunakan obat pintar karena obat ini memiliki risiko gangguan jangka panjang terhadap fungsi otak
Penelitian terbaru ini mereview penelitian sebelumnya mengenai potensi efek samping jangka panjang dari obat pintar terhadap perkembangan otak anak muda. Studi ini menemukan bahwa setiap peningkatan kinerja mental akibat penggunaan obat pintar akan menimbulkan kerugian besar bagi penggunanya, yaitu penurunan plastisitas otak pada jangka panjang. Plasitisitas otak sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan, perencanaan ke depan, dan fleksibilitas pada perilaku adaptif.
Resiko Khusus Obat Pintar Bagi Otak Remaja
Methylphenidate adalah obat pintar yang paling populer di kalangan anak-anak dan sering dijual di pasar gelap sampai sekarang. Obat ini pada awalnya dikembangkan sebagai obat yang hanya boleh digunakan berdasarkan resep dokter (dijual sebagai Ritalin dan Concerta) untuk mengobati ADHD. Obat ini bekerja dengan meningkatkan tingkat neurotransmitter pada sistem saraf. Berdasarkan data dari Drugfree.org and the MetLife Foundation, sekitar 1,3 juta remaja Amerika menyalahgunakan methylphenidate tanpa resep pada bulan sebelumnya.
Hasil percobaan pada tikus telah menunjukkan bahwa otak tikus muda sangat sensitif terhadap methylphenidate, bahkan dosis rendah di masa awal kehidupan tikus dapat mengurangi aktivitas saraf, memori kerja, dan kemampuan untuk dengan memilih antara tugas dan perilaku secara cepat. Padahal, fleksibilitas mental seperti itu sangat penting untuk pembelajaran motorik secara kompleks, keterampilan interpersonal, dan prestasi kerja.
Obat pintar lain yang populer adalah modafinil. Obat ini dijual dengan nama dagang Proviigil untuk melawan narkolepsi dan gangguan tidur lainnya. Modafinil diyakini bekerja dengan cara meningkatkan kadar dopamin di antara sinapsis sel-sel saraf otak sehingga dapat meningkatkan memori serta kemampuan untuk bekerja dengan angka dan melakukan tugas-tugas mental lainnya. Namun, penelitian menunjukkan bahwa modafinil dapat memiliki efek yang tidak diinginkan pada penggunaan jangka panjang sama halnya seperti efek methylphenidate terhadap otak yang sedang berkembang.
Obat Pintar Baru Juga Menimbulkan Risiko
Obat pintar lainnya yang belum banyak digunakan adalah ampakin, yaitu salah satu jenis obat yang saat ini dipelajari oleh militer AS dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan di kalangan tentara. Ampakin dapat mengikat molekul reseptor AMPA pada sistem saraf, meningkatkan respon sel saraf dan memperkuat hubungan antara sel saraf. Obat ini juga diketahui dapat meningkatkan memori dan kognisi pada tikus dan relawan manusia yang sehat, oleh karena itu ampakin sering dianggap sebagai obat pintar potensial yang relatif aman. Namun, obat ini juga bukannya tanpa bahaya bagi kaum muda. Para peneliti pada studi ini mengingatkan bahwa penggunaan ampakin yang tidak terkontrol mungkin akan merangsang sistem saraf secara berlebihan, merusak atau bahkan membunuh sel-sel saraf.
Pengetahuan Lebih Mendalam Mengenai Obat Pintar Masih Diperlukan
Para peneliti pada studi ini juga mengingatkan bahwa penelitian tentang efek jangka panjang dari methylphenidate, modafinil, ampakin, dan obat cerdas lainnya, terutama terhadap orang muda, sangat dibutuhkan.
“Obat yang aman untuk orang dewasa belum tentu aman untuk anak-anak,” kata Urban, sepeti dirilis laman EurekAlert! (13/6/2014). “Otak manusia terus berkembang sampai kita berumur akhir dua puluhan atau awal tiga puluhan. Anak muda sangat rentan terhadap penyalahgunaan obat pintar, namun mereka juga lebih rentan terhadap efek sampingnya. Kami belum mengetahui secara pasti tentang efek jangka panjang ini obat pada perkembangan otak sehingga kami belum dapat menyimpulkan bahwa obat tersebut aman untuk digunakan. “Pungkasnya.
Referensi Jurnal :
Kimberly R. Urban, Wen-Jun Gao. Performance enhancement at the cost of potential brain plasticity: neural ramifications of nootropic drugs in the healthy developing brain. Frontiers in Systems Neuroscience, 2014; 8 DOI: 10.3389/fnsys.2014.00038.