Sel Punca (Stem Cell) Manusia Berhasil Ditransplantasikan Ke Tubuh Babi

Koloni sel punca embrionik manusia yang belum terdiferensiasi. (Credit: Follow the Money – The Politics of Embryonic Stem Cell Research. Russo E, PLoS Biology Vol. 3/7/2005, e234. doi: 10.1371/journal.pbio.0030234)

Bhataramedia.com – Salah satu tantangan terbesar bagi peneliti di bidang medis yang mempelajari efektivitas terapi sel punca adalah transplantasi atau cangkok sel sering ditolak oleh tubuh inang (host). Penolakan ini dapat membuat percobaan tidak berguna, hal inilah yang membuat penelitian terapi sel punca (stem cell) memerlukan proses yang panjang dan sulit. Sekarang, para peneliti di University of Missouri telah menunjukkan bahwa babi hasil rekayasa genetik dapat menjadi “tuan rumah” bagi transplantasi sel-sel punca tanpa menimbulkan resiko penolakan.

“Penolakan transplantasi dan cangkok oleh tubuh adalah rintangan besar bagi para peneliti medis,” kata R. Michael Roberts, Kurator Profesor Ilmu Hewan dan Biokimia dan peneliti di Bond Life Sciences Center. “Dengan membuat babi ini dapat mendukung transplantasi sel, kita dapat lebih cepat mengembangkan penelitian mengenai terapi berbasis sel punca,” Roberts melanjutkan.

Tim peneliti mengimplan sel punca pluripoten manusia ke dalam babi khusus hasil rekayasa genetik yang dikembangkan oleh Randall Prather, seorang Kurator Profesor fisiologi reproduksi di MU. Prather secara khusus menciptakan babi dengan sistem kekebalan yang memungkinkan babi untuk menerima semua transplantasi atau cangkok sel tanpa penolakan. Setelah para ilmuwan menanamkan sel-sel tersebut ke dalam babi, babi tersebut tidak menolak sel-sel punca dan sel-sel punca dapat berkembang. Prather mengatakan bahwa keberhasilan penelitian ini sangat penting karena babi lebih dekat dengan manusia daripada banyak hewan uji lainnya.

“Banyak peneliti medis lebih memilih melakukan studi dengan babi karena mereka secara anatomis lebih mirip dengan manusia daripada hewan lainnya, seperti tikus,” kata Prather. “Secara fisik, babi jauh lebih dekat dengan ukuran dan skala manusia daripada hewan lain dan mereka menanggapi ancaman kesehatan yang sama. Hal ini berarti bahwa penelitian pada babi lebih mungkin memiliki hasil yang sama dengan penelitian pada manusia,” tambah dia.

“Setelah kita mengetahui bahwa sel-sel punca manusia dapat berkembang pada babi ini, pintu telah terbuka untuk penelitian yang baru dan menarik bagi para ilmuwan di seluruh dunia. Mudah-mudahan dengan penelitian ini kita dapat salah satu langkah lebih dekat untuk menyempurnakan terapi dan perawatan terhadap sejumlah penyakit yang melemahkan manusia,” pungkas Roberts, seperti dilansir dari rilis berita Uneversity of Missouri (4/6/2014).

Referensi Jurnal :

K. Lee, D.-N. Kwon, T. Ezashi, Y.-J. Choi, C. Park, A. C. Ericsson, A. N. Brown, M. S. Samuel, K.-W. Park, E. M. Walters, D. Y. Kim, J.-H. Kim, C. L. Franklin, C. N. Murphy, R. M. Roberts, R. S. Prather, J.-H. Kim. Engraftment of human iPS cells and allogeneic porcine cells into pigs with inactivated RAG2 and accompanying severe combined immunodeficiency. Proceedings of the National Academy of Sciences, 2014; 111 (20): 7260 DOI: 10.1073/pnas.1406376111.

You May Also Like